Uwu phobia mending minggat! Part kali ini agak pendek, jadi maaf. Karena kemarin nggak sampe target, jadi sekarang aku mau vote di part ini tembus lima. Nanti aku double up.
-----
Setelah Anton benar-benar keluar dari ruangan, Vano dengan cekatan menggenggam tangan Tasya kuat. Ia menatap seluruh wajah Tasya dengan cemas.
"Ada yang sakit?" tanya Vano yang di respon gelengan dari Tasya.
Pandangan Vano jatuh pada bibir Tasya yang sedikit bengkak. Vano menggeraskan rahang nya, ia bersumpah akan menghabisi Regan karena telah menyentuh apa yang sudah menjadi milik nya.
"Itu kenapa?" tanya Vano dingin.
"Apa nya?"
"Bibir."
Tasya refleks memegang bibir nya, ia baru sadar kalau bibir nya bengkak karena ulah Regan. "Tadi─"
"Regan cium kamu kasar?" tebak Vano yang sial nya tepat sasaran. Dengan ragu, Tasya mengangguk membuat Vano membuang nafas gusar, wajah lelaki itu pun memerah menahan amarah. Ragu-ragu Tasya menggenggan tangan Vano yang terkepal.
"Jangan marah, serem." cicit Tasya dengan kepala tertunduk.
Vano melirik kekasih nya yang sedang tertunduk takut. Lagi, Vano membuang nafas panjang ia kemudian meraup wajah Tasya agar menghadap kearah nya.
"Takut ya?" tanya Vano lembut. Tasya mengangguk perlahan, ia cukup takut pada Vano setelah perkelahian bersama Regan yang tepat di depan mata nya.
"Jangan takut, aku nggak marah sama kamu."
"Bener?" tanya Tasya memastikan. Vano mengangguk, ia kemudian mendekatkan wajah nya kearah Tasya membuat gadis berbalut baju pasien itu gugup.
"Van?"
"Aku cuman mau ngapus jejak." balas Vano lalu melumat lembut bibir Tasya. Tasya mematung ketika bibir nya menyentuh bibir Vano. Perlahan tangan Tasya terangkat dan mengalungi nya di leher Vano dan mulai membalas ciuman Vano.
Cukup lama mereka berciuman, Tasya mulai memukul-mukul dada Vano keras, ia mulai kehabisan nafas. Seakan mengerti kode Tasya, ia menjauhkan dirinya dari Tasya.
"Maaf." itulah kata yang pertama di lontarkan dari Vano setelah melepaskan ciuman nya. Tasya tidak menjawab, gadis itu sedang sibuk menarik nafas banyak-banyak.
Tangan Vano terangkat untuk menyentuh leher Tasya yang banyak bekas kepemilikan dari Regan. Ia menggeram marah ketika banyak sekali tanda merah di leher Tasya.
"Ini juga ulah Regan?" tanya Vano. Melihat Tasya yang mengangguk, membuat amarah Vano kembali bangkit pada Regan. Vano melirik sekilas Tasya yang sedikit menunduk membuat Vano membuang nafas kasar, ia tidak boleh menunjukan kemarahan nya di depan Tasya.
Tubuh Tasya di bawa kedalam dekapan hangat Vano. Tasya sedikit terkejut, namun tak urung ia membalas pelukan Vano. Lelaki itu mulai mengelus surai panjang milik Tasya dengan sayang.
"Jangan takut atau nunduk di depan aku. Aku nggak suka dan aku nggak bakal sakitin kamu."
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Alsya | Complete
Roman pour AdolescentsDingin, datar, kaku, dan tak mengenal cinta. Itu lah seorang ketua geng Alvazma, Putra Alvano Albarak. Berawal dari tabrakan yang tak di sengaja di koridor kelas XI, yang membuat Vano penasaran dengan gadis ceroboh itu. Dengan mata tajam nya, ia dia...