Sebelum baca budaya kan untuk vote dulu ya. Nggak sampe sejam kok:)
Happy reading!
.
.
.
.
.K
eheningan terjadi di meja makan keluarga Xavier. Semua orang terfokus pada makan nya masing-masing. Dentingan sendok dan piring pun beradu.
"Gimana sekolah kalian?" sontak keempat anak berbeda umur dan kelamin utu menoleh ke arah pria paruh baya itu.
"Papa nanya ke siapa?" pertanyaan polos itu keluar dari mulut Aksa. Anton memutar bola mata nya malas. "Ya kalian lah. Emang siapa lagi?"
Aksa mengangguk mengerti. "Anak papa ada empat. Papa nanya siapa dulu?" kini giliran Azka yang melontar kan pertanyaan tersebut. Sedang kan dua kembar itu hanya diam seraya melahap makanan di depan nya.
"Yang paling tua dulu."
"Emang siapa pa? Yang paling tua disini itu papa. Kalo Azka nggak mungkin. Umur Azka masih dua puluh satu tahun." tawa mereka bertiga pun pecah seketika. Sedang kan Anton sudah bermuka asam.
"Papa masih muda ya!"
"Iya deh, terserah papa aja. Dari pada uang jajan Azka kepotong."
Seulas senyum puas tercetak jelas di wajah Anton. "Ya sudah, karna kamu ingat kan, uang jajan kamu papa potong selama sebulan. Tadi nya sih papa nggak kepikiran buat motong uang jajan kamu. Eh, tapi kamu ingat kan."
Di lihat nya wajah Azka berubah drastis menjadi memelas. "Loh kok gitu sih pa?" protes Azka yang di hadiahi senyuman mengejek dari sang papa.
"Azka mending di skip aja pertanyaan nya. Sekarang papa mau nanya Aldo. Gimana sekolah kamu, Do?"
"Baik kok pa."
"Ingat ya. Nanti senin kamu pindag ke sekolah nya Tasya. Jangan sampe lecet sedikit pun anak papa satu-satu nya."
"KITA JUGA ANAK PAPA!" seru Azka, Aldo, dan Aksa secara bersamaan. Kekehan pelan keluar dari mulut Tasya.
"Kalian mau transgender? Anak papa satu-satu nya yang cewek kan cuman Tasya." ujar Anton di selingi kekehan dari nya.
"Nah, Tasya. Gimana sekolah kamu? Kamu belum punya pacar? Atau gebetan? Kalau ada kenalin dong ke papa. Jangan kayak abang kamu yang jomblo nya kelamaan ampe lumutan." Anton melirik anak sulung nya berniat untuk menyindir Azka. Azka yang merasa tersindir pun memutar bola mata nya malas.
"Sya nggak ada pacar atau gebetan kok pa."
"Terus yang kemaren ngajak lo jalan siapa, Sya?" pertanyaan Azka mendapat kan pelototan dari Tasya. "Temen doang." ujar nya penuh penekanan
"Awas loh ya, sekarang bilang nya temen. Eh, besok nya pacaran." Tasya memutar bola mata nya malas. Dan melanjut kan makan nya.
"Terus si Alvano mau lo anggep apaan, kak?" timpal Aksa
Taysa berdecak sebal, ia menatap sinis adik nya itu. "Lo budek? Tadi kan gue sana dia cuman temenan doang."
"Beneran temen?" goda Anton. "Iya pa, Sya sama Vano cuman temenan."
"Kapan-kapan papa mau ketemu sama yang nama nya Vano ya." Tasya membelakan mata nya terkejut. "Mau ngapain sih pa?"
"Kepo banget sih jadi anak." Tasya mengkerucut kan bibir nya sebal. "Ngeselin banget sih."
-----
Malam ini, Vano sedang duduk di markas inti Alvazma bersama teman-teman yang lain seraya menghisap rokok yang terselip di kedua jari nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alsya | Complete
Teen FictionDingin, datar, kaku, dan tak mengenal cinta. Itu lah seorang ketua geng Alvazma, Putra Alvano Albarak. Berawal dari tabrakan yang tak di sengaja di koridor kelas XI, yang membuat Vano penasaran dengan gadis ceroboh itu. Dengan mata tajam nya, ia dia...