Extra Chapter

3.7K 125 26
                                        

Setelah baca ini, tolong baca note yang di bawah ya.

-

Lima tahun telah berlalu setelah kejadian Tasya dibawa oleh Anton ke Korea. Lima tahun juga Vano belajar dari kesalahan dan memperbaiki diri.

Hari ini, hari di mana penantian Vano tercapai. Setelah lima tahun lamanya ia tidak bertemu Tasya, akhirnya bisa bertemu Tasya.

Maka dari itu, kini Vano berada di bandara. Hanya duduk di kursi yang disediakan sembari mengedarkan pandangannya. Vano melirik arlojinya, pukul sepuluh kurang lima menit. Yang artinya pesawar Tasya akan sampai dalam lima menit lagi.

Karena akan menunggu lima menit lagi, Vano memutuskan untuk bermain ponselnya. Ia memencet pesan dari Pak Irwan─sekretarisnya.

Setelah lulus SMA, Vano memutuskan untuk belajar cara memimpin perusahaan dengan Prasetyo sebagai gurunya. Dan setelah setahun kuliah, akhirnya ia bisa memegang kendali penuh perusahaan keluarganya.

Karena terlalu sibuk mengecek pekerjaannya, ia tak sadar kalau lima menit telah berlalu begitu saja. Vano menyimpan ponselnya saat mendengar suara dari petugas yang mengatakan pesawat yang ditumpangi Tasya sudah datang.

Mata tajam Vano menatap satu persatu orang yang keluar dari pintu keluar. Tak butuh waktu lama, ia mendapatkan target pencariannya.

Kaki Vano langsung terayun ke depan melangkah mendekat ke arah Tasya yang tengah sedikit kesusahan membasa kopernya.

‟Tasya.”

Gadis berambut panjang itu memberhentikan langkahnya, menoleh ke arah Vano dengan kening berkerut. ‟Siapa ya?”

Vano menatap tak percaya gadis yang di depannya. Ia memegang kedua pundak Tasya. ‟Aku Vano Sya, masa kamu lupa?” tanya Vano sedikit lirih. Ia tak percaya kalau gadisnya ini melupakannya dengan waktu yang cepat.

Tasya tertawa, ia lalu menubruk tubuh Vano dengan erat. Vano terdiam sejenak melihat perlakuan Tasya. Jika Tasya memeluknya, berarti Tasya tidak lupa padanya?

‟Maaf.” ujar Tasya sembari mencari tempat yang nyaman di dada Vano.

Sadar kalau baru dijahili oleh Tasya, ia langsung memeluk erat tubuh gadisnya. ‟Nakal ya kamu, aku kira kamu beneran lupa.” ujarnya sembari mengacak rambut Tasya.

‟Iya maaf.”

Vano menunduk menatap Tasya, begitu juga Tasya yang mendongak ke arah Vano. Tangan keduanya masih saling memeluk tubuh satu sama lain.

‟Besok kita ke butik.”

Tasya mengernyit heran. ‟Ngapain? Kamu pesen baju di butik?” tanyanya. Vano terkekeh, menjawil ujung hidung Tasya gemas.

‟Enggak dong sayang, kan kita minggu depan tunangan.” ucapan Vano membuat Tasya mengerjap lucu di hadapan Vano. Kalau kayak gini, Vano jadi ingin cepat-cepat menikah agar bisa memakan Tasya.

‟Heh! Gue ada di sini, lo masih mau peluk kembaran gue?”

Vano dan Tasya langsung menoleh pada Aldo yang tengah berdiri. Di samping kanannya ada Aksa, sedangkan di samping kirinya ada Azka. Anton? Pria paruh baya itu sedang berjalan mendekat.

Alsya | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang