50 : Ngambek

973 75 11
                                        

Kiw yang nungguin update. Ada yang nunggu? Aku hari ini double up ya, soalnya kemarin aku lupa nggak double up.

-----

Vano makan makanan yang berikan Ura dengan tenang. Keadaan hening pun menyelimuti meja makan itu, hanya ada dentingan sendok yang beradu.

Piring di depan Vano kini sudah tak tersisa, ia meneguk minumannya hingga tandas. Putri yang melihat jakun Vano naik turun saat minum hanya bisa menatap kagum.

Vano meletakkan gelasnya yang sudah habis tak tersisa. Ia menatap Ura yang sedang mengelap bibirnya dengan tissue. "Tante, Vano pamit dulu pulang ya. Soalnya bentar lagi maghrib, nggak enak di liatin tetangga."

Ura bangkit dari duduk nya, di ikuti oleh Vano dan Putri. "Kamu udah mau pulang toh? Nggak sekalian nginep aja? Dulu kamu biasanya nginep disini."

Vano terkekeh canggung. Ia rasa dirinya sudah cukup besar untuk tidak menginap di rumah perempuan seperti Putri. Lagi pula ia tidak enak jika tetangga melihatnya, bisa-bisa ia menjadi bahan gunjingan.

"Nggak dulu tante, lagi pula kalo Vano nginep disini takut di kira yang enggak-enggak sama tetangga." kata Vano lalu tersenyum canggung.

Ura tertawa ringan. "Iya juga, yaudah kapan-kapan aja kamu nginep nya."

"Yaudah kalo gitu ayo tante sama Putri nganter kamu kedepan." ajak Ura.

"Eh nggak usah tan." cegah Vano. Namun Ura tak menghiraukan ucapan Vano, wanita paruh baya itu malah berjalan menuju pintu rumah seraya menggandeng lengan Vano.

Di depan, kini Putri dan Ura sudah berdiri bersisian dengan Vano yabg berada di depan mereka. "Vano pamit ya tan, assalamu'alaikum." pamit Vano seraya menyalimi tangan Ura.

Ura mengangguk dengan seulas senyum. "Iya, kapan-kapan main lagi ya." ujar Ura. Vano mengangguk dengan senyum tipis di wajahnya.

"Iya tan."

"Hati-hati ya Van di jalan." kata Putri saat Vano sudah duduk di jok motornya. Vano mengangguk samar-samar sebagai respon.

Ura dan Putri menatap motor Vano yang sudah melesat jauh. Setelah motor Vano sudah hilanh di balik tikungan, Putri memagang lengan Ura seraya berpekik tertahan.

"Vano kok makin ganteng sih mi?" tanya Putri.

"Ya mana mami tau." jawab Ura seadanya.

"Coba aja Vano masih jomblo, pasti Putri embat." ujar Putri sedikit lesu, bahunya pun merosot kebawah. Ura menoleh kearah Putri dengan sorot mata prihatin. Ia mengusap rambut anaknya dengan sayang.

"Emang Vano udah punya pacar? Kok mami nggak tau?"

"Punya. Namanya Tasya kalo nggak salah."

"Nama panangnya siapa?" Putri mengkerutkan keningnya, mengapa Ura tiba-tiba bertanya begitu?

"Anastasya Zevanya Xavier kalo nggak salah. Emang kenapa sih mi?" tanya Putri dengan kening yang masih berkerut. Ura tidak menjawab langsung, wanita itu malah tersenyum penuh arti.

"Kamu mau Vano kan?" Ura bertanya balik pada Putri. Dengan cepat Putri mengangguk, siapa sih yang tidak ingin seorang Putra Alvano Albarak? Lelaki yang tampan bak dewa Yunani dan hampir mendekati sempurna.

Alsya | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang