54 : Marah

993 66 14
                                    

Cie yang nungguin dari kemarin update. Sepuluh vote aku double update deh. Kalo enggak sampe ya besok nggak usah update. /ngambek ceritanya.

-----

Bugh!

Semua orang berpekik terkejut. Mark yang sedang bermain ponsel tiba-tiba tersungkur ketanah akibat tinjuan dadakan yang ia terima.

Mark menyeka sudut bibirnya yang berdarah, ia mendongak dan mendapati Vano yang berdiri dengan nafas memburu. Mark berdecih pelan. Ia tahu persis mengapa Vano memukulnya secara tiba-tiba. Itu pasti karena gosip murahan tentangnya dan Tasya.

"Lo apa-apaan sih Van?" seru Daniel tak terima. Ia menatap heran dua sahabatnya.

Vano menoleh menatap Daniel tajam. "Lo diem!" seru Vano membuat Daniel kembali duduk seperti semula.

Mark bangkit, menepuk pelan bokongnya yang terasa kotor akibat debu. Ia tak nampak ketakutan atau marah, ia malah dengan santai menaiki sebelah alisnya.

"Kenapa?"

Vano berdesis. Mencengkeram kuat kerah baju Mark hingga tubuh lelaki itu sedikit terangkat. Mark tetap memasang wajah santainya.

"Apa? Mau mukul lagi lo?" tantang Mark, berdecih pelan tepat di wajah Vano.

"Lo percaya gitu sama gosip murahan itu?"

Vano menggeram marah. Mendorong dan memukul Mark secara brutal membuat semua orang terkejut. Mereka terheran-heran mengapa dua sahabat itu bertengkar.

"Berengsek!" umpat Vano di sela-sela pukulannya. Mark tak membalas, ia tetap diam tanpa berniat

Vano menarik dirinya. Nafasnay memburu membuat wajahnya memerah penuh amarah. Anggota Alvazma yang berada di sekitar membantu Mark untuk berdiri.

Mark menyeka sudut bibirnya, berdiri dengan dibantu beberapa anggota lainnya. Mark menepuk pelan pundak Vano lalu tersenyum tipis.

"Gue nggak nyangka cuman gara-gara gosip murahan itu lo mukulin gue. Gue harap cuman gue yang jadi korban lo, jangan Tasya yang jadi korban lo." Vano menepis kasar tangan Mark, melangkah pergi dari warung Bu Wati.

Mark mendudukan bokongnya di sofa tempat ia duduk tadi. Anggota Alvazma yang lain segera mengerubungi Mark dengan pertanyaan-pertanyaan.

"Lo kenapa bisa di pukulin sama Vano, Mark? Lo jangan-jangan cari masalah ya sama Vano? Wah, gawat sih kalo lo nyari masalah sama singa. Terus-terus, gosip apasih yang lo berdua bicarain? Gue jadi kasian sama lo yang di pukulin." cerocos Daniel.

Mark memutar bola matanya malas. "Lo ngomong apa lagi kumur-kumur? Cepet amat, mana sekali nanya seabrek." cibir Mark.

Daniel tersenyum bodoh, ia menampilkan deretan gigi putihnya. "Gue kan kepo anjir."

"Jadi kenapa lo bisa di tonjok sama Vano?" tanya Daniel.

"Nanti dulu gue jawab. Sekarang beresin luka gue dulu sini! Sakit nih!" Mark menunjuk lukanya yang terasa perih. Daniel memutar bola matanya malas. Cowok bertubuh besar itu beringsut mundur menyenderkan tubuhnya. 

Alsya | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang