48 : Nganter Putri

950 76 6
                                    

Ada yang nungguin?

-----

Vano dan teman-teman nya berjalan di koridor sekolah dengan gaya cool, terkecuali Daniel dan Mark tentu nya. Dua cowok itu sibuk saja beradu mulut tentang hal sepele. Contoh nya sekarang, mereka sedang memperebutkan kuaci yang di genggam Daniel.

"Bagi doong Niel! Perasaan lo banyak bener makan tuh kuaci." pinta Mark.

"Eh enggak-enggak! Gue yang beli!" balas Daniel seraya menjauhkan bungkus kuaci dari jangkauan Mark dana membuat lelaki itu menatap tajam sahabat nya.

"Heh! Perlu gue ingetin kalo tuh kauci pake uang gue juga."

"Apaan?! Nambahin cuman dua rebu doang, sisa nya gue. Jadi ini punya gue dong, secara gue yang paling banyam nyumbang duit."

Mark berkacak pinggang pada Daniel. "Kalo nggam ada duit dua rebu, nggak mungkin tuh kuaci bisa lo makan. Secara duit lo kan kurang dua rebu." sindir Mark.

Daniel mendengus sebal. Memang saat ia ingin membayar kuaci itu, uang nya kurang dua ribu. Jadilah Mark yang membyar dua ribu itu.

"Sebener nya sih gue ada, tapi ya gitu. Gue lagi males keluar duit, duit gue lagi mode malu-malu anjing."

Ucapan Daniel membuat Mark berdecih pelan. "Malu-malu anjing lo bilang? Lo kali yang anjing." kelakar Mark. Daniel mendengus, ia tidak marah sedikit pun pada Mark karena lelucon nya. Sudah biasa baginya bercanda seperti ini.

Tiba-tiba saja, bungkus kuaci itu terjatuh ke lantai. Mark dan Daniel serempak menatap kuaci yang bercecean di lantai dengan mulut terbuka. Daniel menatap nanar kuaci itu, isi dari bungkud kuaci itu masih banyak dan sangat di sayangkan kalau terjatuh begitu saja.

Perempuan berambut sebahu itu menutup mulut nya. Ia benar-benar tidak sengaja menjatuhkan kuaci milik Daniel. "Eh?! Duh, maaf ya Niel, gue jalan nggak liat-liat. Gue lagi nggak fokus soalnya."

Daniel menatap Putri yang menatap nya dengan sorot mata penuh penyesalan. Daniel dengan berat hati mengangguk, jika saja orang di depan nya bukan Putri, pasti ia akan memarahi nya.

"Nggak papa." singkat, padat, dan jelas. Itulah yang di katakan Daniel. Melihat respon Daniel yang terlihat kesal, Putri berjongkok guna memungut kuaci Daniel.

"Gue ambilin deh kuaci lo."

Daniel yang melihat Putri berjongkok pun ikut berjongkok. "Nggak usah, biarin aja. Itu juga kuaci dapet jadiah kok, jadi santai aja." ujar Daniel seraya membantu Putri bangkit.

"Eh? Beneran nggak papa Niel? Gue jadi nggak enak gini loh." kata Putri sungguh-sungguh. Daniel tersenyum simpul, ia kemudian mengangguk kecil.

"Nggak papa."

Putri melihat jam tangan mungil yang melingkar sempurna di tangan nya. Mata nya sedikit membelak saat jam sudah menunjukan pukul setengah lima kurang.

"Gue kayak nya nggak bisa lama-lama disini. Gue pamit ya, gue udah di tunggu nyokap di rumah." pamit Putri lalu berlari menuju gerbang sekolah.

Vano menatap punggung mungil Putri, ada secuil rasa rindu dalam hati Vano pada Putri. Sudah sekitar tiga tahun Putri menghilang bagaikan di telan bumi, dan kini gadis itu kembali dan tersenyum di depan nya tanpa beban sedikit pun.

Alsya | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang