62 : Anastasya Zevanya Xavier

1.9K 85 4
                                    

Chapter ini khusus buat masa lalu Tasya ya.

-----

Seorang gadis berkuncir kuda dengan baju yang acak-acakan menatap angkuh perempuan di depannya. Kakinya menginjak perut gadis itu, menghiraukan rintihan dari mulut gadis itu.

‟Berani lo sama gue?” tantang gadis berkuncir kuda itu. Kaki nya menekan kuat perut gadis itu.

‟Ma─maaf.” rintih perempuan itu.

‟Udah Sya, langsung habisin aja dia.” seru gadis di belakangna mengompori Tasya. Tasya yang menginjak kelas delapan itu tersenyum sinis. Ia mengangkat kakinya dari perut gadis itu.

Berjongkok, menatap tajam gadis yang terlihat pucat. ‟Mau langsung intinya nggak?”

‟Lama lo! Greget nih gue!” seru Hyona.

Let's play the game.

Tasya menarik rambut gadis itu membuat rintihan kembali keluar dari mulut gadis itu. Wajah yang pucat dengan di banjiri air mata tak membuat Tasya iba sedikit pun.

Setelah puas menjambak rambut panjang itu, Tasya mendorong keras tubuh ringkih itu hingga kepalanya terbentur kayu. Kayu yang tadinya tersusun rapi kini mulai terjatuh menimpa gadis itu.

Tasya membekap mulutnya sendiri ketika melihat darah segar mengalir. Perlahan ia mundur, begitu juga dengan teman-temannya.

‟Gue nggak mungkin bunuh dia kan?” tanyanya dengan suara lirih.

‟Kabur Sya, gue nggak mau di penjara.” ucap Lia lalu berlari lebih dulu. Di ikuti oleh beberapa teman yang lain.

Hyona dan Nayya menarik lengan Tasya agar berlari. "Ayo Sya lari. Lo nggak mau kan ngabisin masa muda lo di penjara." ujar Nayya lalu membawa lari Tasya.

Tasya hanya diam saat tangannya di tarik. Tatapannya kosong dengan perlahan air matanya mulai turun dari tempatnya. Dia tak menyangka kalau kelakuannya membuat kakak kelasnya sendiri meninggal.

"Maaf." gumamnya pelan seraya menatap timbunan kayu yang kini terdapat bercak darah.

-----

Besok setelah kejadian itu, Tasya dan teman-temannya serentak di panggil ke ruang BK. Selain anak-anak, para orang tua juga di panggil ke ruang BK.

Seorang wanita paruh baya menangis histeris. Di sampingnya terdapat lelaki yang mencoba menenangkan istrinya. Tasya tebak itu adalah kedua orang tua kakak kelasnya.

"Saya minta anak ini di keluarin dari sekolah pak! Sekalian saja dia di masukan ke penjara biar jera!" seru wanita itu seraya menunjuk-nunjuk Tasya.

Tania menatap sengit wanita itu. Ia tak rela jika ada orang yang menunjuk-nunjuk anak perempuannya. Tania memeluk Tasya dari samping.

"Anda jangan menunjuk-nunjuk anak saya! Anak saya tidak bersalah sama sekali!"

"Tidak bersalah anda bilang?! Anak anda itu yang menyebabkan anak saya satu-satunya meninggal!" balas wanita itu. Tangisnya semakin menjadi mengingat anak semata wayangnya meninggal akibat bullying.

Alsya | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang