63 : Kebenaran

2.3K 107 9
                                        

Vano menatap langit malam dengan tatpan datar. Ucapan Aldo tadi siang terbayang-bayang hingga kini. Pikirannya terus bergelut dengan ucapan Aldo.

"Lo salah kalo ngelakuin hal kasar sama Tasya bro. Foto-foto yang kesebar itu nggak bener. Gue kembarannya, pasti tau seluk beluk Tasya. Tasya itu di jebak bro. Ada orang yang pengen hancurin hubungan lo berdua. Tanpa gue bilang kayaknya lo udah tau siapa."

Vano mengacak rambutnya frustasi. Ia bingung dengan apa yang di ucapkan Aldo. Pikirannya terus mencari nama yang sekiranya tidak suka dengan hubungannya dengan Tasya.

"Andri? Sesil?" monolognya. Vano menggelengkan kepalanya. Andri tentu tak mungkin melakukan hal kejam seperti itu. Sedangkan Sesil? Gadis itu sudah tobat, bahkan sekarang menjadi teman dekat Tasya.

Ting!

Unknow

Gue udah ketemu siapa pelaku tabrak lari nyokap lo Van.

Vano menggenggan erat ponselnya setelah membaca pesan itu. Ia memang memutuskan untuk menggali lebih lanjut kasus tabrak lari ibunya.

"Siapa pun itu gue bakal bunuh."

-----

Aldo, Aksa, dan Azka berjalan mengendap-endap melewati pos satpam. Kebetulan sekali satpam sekolah sedang tertidur pulas di posnya.

Mereka bertiga berpakaian serba hitam. Persis seperti maling. Namun tujuan mereka bukan untuk mencuri. Melainkan untuk mencari siapa pelaku yang menyebarkan foto Tasya.

Hawa dingin menusuk kulit mereka. Lorong yang hanya di terangi sinar bulan dan beberapa lampu yang menyala menambah kesan horor.

Aksa bergidik ngeri. Menarik ujung baju Azka membuat cowok itu menoleh kearah adiknya yang memasang wajah ketakutan. "Balik aja yuk? Serem banget ini." cicit Aksa.

"Ketua geng kok penakut." sindir Aldo seraya menyalakan senter yang sengaja ia bawa untuk berjaga-jaga.

"Ini masih jauh? Gue takut nih." cicit Aksa. Matanya menatap sekeliling lorong yang gelap dengan takut.

"Naik tangga terus jalan dikit udah sampe." ujar Aldo seraya menunjuk tangga yang di depan sana. Aksa meneguk salivanya kasar. Tangga itu sungguh terlihat horor.

"Sekolah lo horor banget sih Do." gerutu Azka. Sejujurnya ia sedikit takut dengan suasana yang terkesan horor. Aldo hanya terkekeh pelan.

"Semoga nanti gue nggak sekolah di sini." gumam Aksa.

Mereka mulai menaiki tangga dengan hati-hati. Aksa memilih untuk berjalan di tengah dengan alasan kalau ada hantu yang di serang adalah Azka dan Aldo.

Aldo memutar kunci pintu dengan pelan agar tak menimbulkan suara yang terlalu kencang. Jangan tanyakan dari mana Aldo dapat, tentu saja ia mencurinya di ruang guru.

Memutar knop pintu secara perlahan dan mendorongnya secara perlahan juga. Semua ia lakukan dengan hati-hati agar tak menimbulkan curiga dan berakhir ia besok di ruang BK.

Azka menutup pintu dengan hati-hati. Sedangkan Aldo mulai mengotak-atik komputer yang menampilkan lorong-lorong gelap.

"Coba liat rekaman sehari sebelum kejadian." usul Aksa. Aldo menuruti ucapan Aksa. Ia mulai menyetel rekaman sehari sebelum kejadian.

Alsya | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang