22. PILIHAN

206 17 0
                                        

Happy Reading♡
Jangan lupa vote dan coment!

~~~

Saat ini Swara dan Sanskar kembali melanjutkan perjalanan mereka. Keduanya sama-sama terdiam. Swara hanya menatap ke sisi jendela mobil, sementara Sanskar hanya fokus menyetir.

"Kau ingin kita kemana?" tanya Sanskar memecah keheningan. Lagipula ia harus bertanya itu karena sejak tadi ia tidak tahu arah tujuan. Jika ia pergi ke tempat yang ia inginkan, Apa Swara akan menyukainya?

Swara menoleh. "Terserah kau saja."

“Jangan membuatku bertambah bingung dengan menjawab seperti itu. Katakan saja kau ingin pergi kemana sekarang?" ujar Sanskar terdengar kesal.

"Em... Jika kau tidak keberatan, apa kita bisa ke kuil sebentar?" tanya Swara.

"Baiklah. Kita akan ke kuil," jawab Sanskar.

Swara mengangguk. Ia kembali menatap ke sisi. Saat itu pula Sanskar menoleh sekilas ke arahnya. Tidak membutuhkan banyak waktu, Swara dan Sanskar sampai di depan kuil besar. Sanskar menepikan mobilnya di tepi jalanan. Kemudian keduanya beranjak keluar.

"Kau masuk saja duluan, aku akan membeli persembahan dulu," ucap Swara pada Sanskar.

Sanskar mengangguk lalu beranjak masuk ke dalam area kuil. Kebetulan kuil tersebut ada di atas. Jadi mau tidak mau, Sanskar harus menaiki satu persatu anak tangga. Sementara Swara langsung bergegas ke salah satu pedagang yang ada di tepi jalanan untuk membeli persembahan.

Disisi lain, Sonia menghentikan mobilnya—beberapa meter di belakang mobil milik Sanskar. Gadis itu belum merasa puas untuk menguntit kegiatan Sanskar dan Swara.

"Kuil? Kakak dan Swara pergi ke kuil? Apa perlu aku turun dan ikut ke dalam?" ucap Sonia bertanya-tanya. Ia melihat Swara berjalan memasuki kuil dengan memegang nampan berisi persembahan.

"Aku ikut ke dalam saja. Lagipula untuk apa aku diam di mobil seperti ini?" Sonia beranjak keluar dari mobil. Tak lupa ia menutupi kepalanya dengan kerudung sekaligus memakai kacamata hitam persis seperti orang tengah menyamar. Kemudian, ia bergegas menaiki anak tangga untuk memasuki kuil.

Tringg...

Swara membunyikan lonceng ketika hendak memasuki kuil. Kemudian ia berjalan dan berdiri tepat di samping Sanskar yang sudah berdiri di hadapan patung sang Dewi. Swara menyerahkan persembahan itu pada pendeta yang ada di sana lalu berdoa. Sementara itu, Sonia berjalan mengendap-endap dan masuk. Ia berdiri beberapa meter di belakang Swara dan Sanskar. Ia juga berpura-pura berdoa.

Salam Dewi. Aku meminta berkat padamu. Aku berdoa padamu agar keputusan yang aku ambil ini tidaklah salah. Aku menerima perjodohan ini atas dasar ibuku. Aku sangat menyayangi ibuku. Apapun yang menjadi kebahagiaan ibuku, aku akan melakukannya, ucap Swara sambil menutup sepasang matanya dan meletakkan kedua tangannya di depan dada.

Dewi, aku tau aku salah. Entah ini sebuah kebenaran atau kesalahan, tapi aku sudah mengakui kesalahan yang telah aku lakukan di masalalu. Aku tau Dewi, seharusnya aku di hukum, berdiam diri di dalam jeruji besi. Bukan melakukan hal bodoh seperti ini. Maafkan aku, Dewi. Maafkan aku, ucap Sanskar dalam hati.

Perlahan Swara membuka matanya kembali. "Puji sang Dewi," serunya membuat Sanskar yang sama-sama menutup mata, laki-laki itu langsung membuka matanya dan menoleh.

Sanskar menatap sejenak Swara dari samping. Ketika gadis itu menoleh, Sanskar langsung membuang pandangannya ke arah lain. Sementara itu, Sonia masih berdiri di sudut belakang. Suasana kuil semakin ramai. Banyak orang-orang saling berdatangan untuk berdoa. Hal itu membuat Sonia kesulitan untuk memperhatikan Sanskar dan Swara.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang