32. PERGI KE KUIL

208 20 3
                                    

Happy Reading♡
Jangan lupa untuk vote dan coment!

~~~

Sanskar, Swara, Ragini, dan Laks pergi ke kuil yang telah ditentukan keluarganya. Mereka akan mengikuti pemujaan disana. Kedua pasangan pengantin baru itu duduk di dalam satu mobil yang sama.

Sepanjang jalan hanya ada keheningan semata. Swara duduk di samping Sanskar yang tengah menyetir mobil. Sementara, Ragini dan Laks duduk di belakang.

Seharusnya aku yang duduk di samping Sanskar bukan kau, Swara. Baiklah, tidak apa-apa. Mungkin kali ini aku biarkan kau berdekatan dengan Sanskar tapi tidak dengan nanti. — batin Ragini.

Laks menoleh ke arah Ragini yang melamun dan tersenyum. Sepertinya Ragini sudah merencanakan sesuatu. Aku harap rencananya tidak terlalu berbahaya untuk Swara.

Setengah jam berlalu, kini mereka telah sampai di kuil. Mereka keluar dari mobil lalu beranjak masuk ke dalam kuil itu. Swara dan Ragini membawa nampan persembahan. Sementara, Sanskar dan Laks membawa beberapa kotak berisi manisan yang akan di bagikan setelah pemujaan selesai.

Sebelum masuk ke dalam kuil, Sanskar membunyikan lonceng. Setelah itu, mereka masuk dan di sambut oleh pendeta.

"Salam, Pak pendeta."

"Salam. Kalian sudah datang akhirnya, lebih baik pemujaannya kita mulai saja," ucap Pak Pendeta.

Swara, Sanskar, Laks dan Ragini hanya mengangguk—mengiyakan. Pak pendeta kini memulai pemujaan untuk kedua pasangan pengantin baru itu.

*****

"Baiklah, terimakasih." Aarti terlihat sangat senang ketika mendapat telpon dari seseorang, lalu ia memutuskan sambungan telponnya.

"Ada apa Aarti?" tanya Aarpitha.

"Ada kabar gembira, bibi. Tugasku di pindahkan sementara ke mumbai selama dua bulan. Aku sangat senang, jadi aku dapat bertemu Swara. Ya, meski sedikit agak sulit," ucap Aarti. Ya, gadis itu baru saja mendapatkan kabar bahwa tugasnya sementara di pindah alihkan ke mumbai. Jadi Aarti akan bekerja di salah satu rumah sakit di kota Mumbai.

"Benarkah?" tanya Aarpitha.

Aarti mengangguk sambil tersenyum bahagia. Setelah satu tahun dia pulang ke Kolkata, ia dapat tinggal kembali di Mumbai.

"Bagus kalau begitu. Apa ibumu sudah tau?" balas Aarpitha.

"Baru saja aku ingin menelponnya," sahut Aarti.

"Baiklah. Kau telpon saja dulu ibumu dan beritahu bahwa kau akan tinggal disini lebih lama," ucap Aarpitha.

"Baiklah, bibi. Sebentar," Aarti menekan nomor telepon dan menelpon ibunya.

Nenek Shobha menghampiri Aarpitha dan Aarti. "Ada apa ini?"

"Aarti katanya akan di tugaskan disini selama dua bulan. Dia akan lebih lama tinggal disini," ucap Aarpitha.

"Benarkah? Bagus kalau begitu. Kehadiran Aarti membuat kita tidak terlalu kesepian setelah Swara pergi," balas nenek Shobha.

"Iya, Ibu. Aku juga begitu."

Aarti telah selesai menelpon dengan ibunya. "Bibi, nenek, ibuku sudah mengizinkannya. Bahkan dia sempat nitip salam untuk kalian."

"Ucapkan salam balik untuk ibumu," balas nenek Shobha.

"Baik, bibi. Nanti aku sampaikan," balas Aarti yang terlihat sangat senang. Dia terpikirkan kepada Swara, apa Swara harus tau soal ini?

"Kau kenapa?" tanya Aarpitha.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang