45. KESEMPATAN

198 22 3
                                        

Happy Reading♡
Jangan lupa untuk vote dan coment!

~~~

Swara berdiri di dekat jendela sambil menatap rembulan yang bersinar. Malam ini dia tidak bisa tidur. Pikirannya masih tersambung atas kejadian tadi siang dimana ia telah mendorong ibu Anjali bahkan sekarang Swara tidak tau bagaimana kondisi ibu mertuanya itu?

Hari ini Swara juga mendapatkan kebenaran tentang kematian Navita. Baginya hari ini seperti hari terburuk bagi Swara. Lagi-lagi dia harus mendapatkan tuduhan dari semua orang.

Aku tidak mengerti kenapa semuanya selalu mengarah kepadaku? Dari mulai pencurian perhiasan, mabuk disaat perayaan Holi dan sekarang aku mendorong ibu Anjali. Kenapa semuanya selalu terjadi kepadaku? Seolah-olah disini akulah yang paling bersalah. Ditambah lagi aku mendapatkan tuduhan dari Sonia. Kenapa Sonia begitu membenciku? Apa salahku padanya? - batin Swara.

Swara terdiam. Kini ia berpikir akan semua yang terjadi kepadanya. Gadis itu langsung menghapus air matanya. "Semua yang terjadi selalu mengarah kepadaku. Aku yang selalu dituduh atas apa yang tidak aku lakukan. Aku merasa semua masalah ini seperti sudah direncanakan dengan matang oleh seseorang. Aku juga merasa seseorang itu seolah-olah sangat membenciku tapi jika itu memang benar, lalu siapa orang yang telah merencanakan semua ini?"

Krekkk

Swara menoleh saat mendengar seseorang membuka pintu kamarnya. Ia melihat Sanskar baru saja masuk kedalam kamarnya, mungkin ia sudah melihat keadaan ibu Anjali.

Swara berjalan menghampiri Sanskar dengan antusias. "Kau dari kamar ibu? Bagaimana keadaan ibu? Apa dia baik-baik saja?"

Sanskar memandang Swara dengan tatapan malas. "Untuk apa kau bertanya seperti itu? Bukankah kau senang melihat ibuku seperti ini?"

"Kau ini mengatakan apa, Sanskar? Aku sangat sedih melihat ibu seperti itu. Aku tau aku salah jadi tolong maafkan aku. Aku tidak sengaja mendorong ibu, Sanskar. Aku benar-benar tidak sengaja," ucap Swara.

"Sudah aku katakan mau kau sengaja atau tidak, hasilnya tetap akan sama. Ibuku terbaring dan masih tidak sadarkan diri. Dan itu semua atas kesalahanmu!" ujar Sanskar.

Sanskar berbalik badan. Matanya berkaca-kaca, seolah ada energi sesuatu yang membuat hatinya merasa bahwa ia tidak tega harus terus memarahi Swara. Meski Swara sudah melakukan kesalahan.

"Lebih baik kau tidur sekarang. Kau tidak perlu mencemaskan ibuku!" ujar Sanskar kembali.

Lagi-lagi Swara menangis. "Begitu marah kah kau kepadaku, Sanskar? Meski aku sudah mengatakan bahwa aku tidak sengaja melakukannya. Kau tau? Saat aku ingin mendekati ibu, lantai yang aku injak itu rasanya sangat licin dan aku nyaris terjatuh lalu refleks mendorong ibu."

"Mungkin sekarang kau sulit memaafkanku tapi tolong beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa apa yang terjadi selama ini bukan aku yang melakukannya. Pencurian perhiasan, mabuk diacara holi dan terjatuhnya ibu Anjali termasuk pembakaran fotomu dan Navita. Aku akan buktikan jika semua itu aku yang melakukannya. Aku hanya butuh kesempatan darimu saja, Sanskar. Jika bukan kau lalu siapa lagi? Hanya kau harapan satu-satunya bagiku," ucap Swara pada Sanskar.

Sanskar berbalik badan dan menatap Swara. "Kau berpikir ada orang lain yang merencanakan semua ini, begitu?"

"Ya, aku berpikir seperti itu. Aku tidak tenang jika aku terus-terusan dituduh atas apa yang tidak aku lakukan," balas Swara.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang