58. DUPLIKAT

271 18 26
                                    

Happy Reading♡
Jangan lupa untuk vote dan coment!

~~~

Diruangan yang gelap, seorang gadis jatuh pingsan sambil duduk di kursi dengan tangan dan kakinya di ikat oleh tali. Meski sekeliling ruangan itu gelap, namun masih ada sinar mentari yang masuk ke dalam melalui satu buah genteng transparan. Perlahan sepasang mata gadis itu membuka matanya. Semula pandangannya sedikit mengabur dan saat ia menyadari bahwa dirinya tengah berada di tempat yang asing. Siapa lagi jika bukan Swara.

Swara benar-benar ketakutan. Bagaimana bisa ia berada disana? Siapa yang membawanya? Swara benar-benar heran, bahkan pakaiannya saja berbeda dari pakaian yang sebelumnya ia pakai saat pergi ke kuil. Siapa yang mengganti pakaiannya?

Ingin sekali Swara berteriak meminta tolong namun sayangnya mulutnya dibekap oleh kain sehingga ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Mmmm!!"

Swara meronta-ronta berharap bisa terlepas dan bergegas lari dari sana. Namun sayangnya ia tidak bisa, tapi tali itu sangalah kuat mengikat tangannya.

Kenapa aku ada disini? Siapa yang menculik dan mengikat tanganku disini? Dimana Ragini? — batin Swara berseru.

Swara hanya bisa mengingat saat dirinya bersama Ragini dan tiba-tiba ada seseorang yang memukul kepalanya lalu jatuh pingsan. Setelah itu Swara tidak mengetahui apa-apa lagi.

"Wah, ternyata kau sudah sadar. Bagus jika kau sudah sadar," ucap seorang pria yang tiba-tiba menghampiri Swara. Membuat Swara semakin ketakutan.

"Mmmm!!"

"Oh, kau ingin mengatakan sesuatu? Baiklah, aku akan bukankan kainnya," ucap pria itu lalu melepaskan kain yang membekap mulut Swara.

"Kau siapa?! Kenapa kau menculikku? Katakan kau siapa?!" tanya Swara sambil menangis ketakutan.

"Kau tidak tau aku siapa? Baiklah, aku akan memperkenalkan diriku kepadamu," balas pria itu lalu mengulurkan tangannya ke arah Swara. "Aku Bhadra, kau?"

Swara hanya diam. Ia berpikir apa dia pernah bertemu dengan pria yang tengah berada dihadapannya atau tidak? Bhadra menatap Swara lalu ke menoleh ke arah tangannya.

Bhadra terkekeh dan menurunkan tangannya. "Aku lupa, bagaimana kau bisa membalas uluran tanganku jika tanganmu saja diikat? Tapi tanpa kau beritahu namamu, aku sudah tau siapa kau dan dari mana asalmu?"

"Sebenarnya kau ini siapa?! Kenapa kau menyekapku disini?! Katakan kenapa kau menculikku?!" tanya Swara yang masih tersedu-sedu menangis.

"Tenang Swara. Aku tidak akan melukai atau mencelakaimu. Aku hanya menjalankan tugasku saja. Jadi kau tenanglah," ucap Bhadra dengan santai. Ia memandangi Swara dengan intens lalu mengusap lembut wajah Swara. "Wajah ini—"

Swara langsung memalingkan wajahnya. "Jangan sentuh aku! Jika tidak, kau akan terima akibatnya nanti! Jauhkan tanganmu dari wajahku!"

"Baiklah aku tidak akan menyentuhmu tapi jika diizinkan aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Wajahmu itu sangatlah cantik bagaikan bulan purnama yang tengah bersinar terang. Setiap aku melihatmu, aku merasa bahwa kau adalah paling indah bagiku," ucap Bhadra.

Swara bingung atas ucapan Bhadra. Kenapa tiba-tiba Bhadra mengatakan hal itu kepadanya? Seolah-olah Bhadra menyukai Swara.

"Kenapa? Kau bingung? Lupakan saja ucapanmu tadi. Tenanglah disini, aku tidak akan melukaimu. Mana mungkin aku melukai gadis yang berwajah cantik sepertimu?" ucap Bhadra kembali.

"Siapapun dirimu, aku mohon lepaskan aku. Kenapa kau menculikku? Atas dasar apa kau melakukan semua ini? Aku mohon lepaskan aku," ucap Swara penuh permohonan.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang