37. KOTAK PERHIASAN

189 14 1
                                    

Happy Reading♡
Jangan lupa untuk vote dan coment!

~~~

Ragini yang berniat ingin pergi ke teras, tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat hendak melewati kamar Anjali. Dia berdiri di depan pintu yang terbuka sedikit, seperti tengah menguping obrolan Anjali dan Swara. Bahkan Sugna dan nenek Kalyani pun ada di sana juga.

"Ibu, bibi, nenek dan Swara, mereka sedang apa di dalam? Kenapa aku tidak di ajak juga?" gumam Ragini, lalu mendekatkan telinga ke depan pintu.

Sementara di dalam, Anjali memperlihatkan beberapa kotak berisi perhiasan kepada Swara. Kotak perhiasan itu ia taruh di atas tempat tidur—dihadapan Swara.

Anjali membuka satu buah kotak perhiasan dan menunjukkannya kepada Swara. "Swara, perhiasan yang ini adalah perhiasan turun temurun. Dulu ibu memberikannya kepadaku," ucap Anjali.

"Ya, itu benar. Aku memberikan satu kotak perhiasan masing-masing untuk kedua menantuku ini," seru Nenek Kalyani.

"Sekarang aku ingin memberikan perhiasan ini untuk kau. Kau jaga baik-baik perhiasan ini," ucap Anjali.

"Em... Tapi apa hanya aku saja yang di beri perhiasan? Maksudku, Ragini?" tanya Swara.

"Swara, aku juga sudah mempersiapkan perhiasan untuk Ragini. Kotak perhiasan yang aku pegang ini hadiah dariku untuk Ragini, tapi entah dimana Ragini sekarang?" seru Sugna.

"Biar aku saja yang memberikannya nanti kepada Ragini. Pasti dia akan sangat senang," balas Swara.

"Baiklah, jika kau mau melakukannya." Sugna memberikan kotak perhiasan yang ia pegang kepada Swara.

"Aku akan menyimpan perhiasan darimu, Ibu. Aku juga akan memberikan perhiasan yang bibi berikan kepada Ragini," kata Swara.

"Terimakasih, Swara." ucap Sugna.

"Kau memang sangat baik, Swara. Betapa beruntungnya Sanskar kita mendapatkan istri sebaik dirimu. Aku yakin Sanskar akan selalu bahagia bersamamu," ucap nenek Kalyani.

Swara hanya tersenyum. Bahagia apanya? Sanskar saja masih mencintai Navita.

Anjali memasukan kembali beberapa kotak perhiasan miliknya ke dalam lemari lalu menguncinya dan menutup kembali pintu lemari. "Apa yang dikatakan ibu itu benar. Akupun merasa beruntung mempunyai menantu seperti Swara. Cantik, baik dan juga sangat lucu. Aku harap pernikahan mu dengan Sanskar bisa berjalan sangat lama."

"Terimakasih, Ibu, nenek. Yasudah, aku pergi dulu. Aku akan langsung memberikan perhiasan ini kepada Ragini," balas Swara, lalu beranjak pergi keluar dari kamar ibu mertuanya.

Ragini mendengar dengan jelas setiap obrolan mereka. Pada saat ia tau bahwa Swara akan keluar, dia langsung segera bersembunyi di balik vas bunga yang ukurannya lumayan besar. Setelah Swara benar-benar pergi, Ragini keluar dari persembunyiannya.

"Menantu yang cantik, baik, lucu, memangnya Swara terbuat dari berlian. Jika hanya cantik, baik, dan lucu bisa membuat hati semua orang luluh, akupun bisa melakukannya. Bahkan aku juga bisa menyebar semua racun kepada kalian semua. Dalam sekejap kalian semua akan tunduk di hadapanku," ucap Ragini, sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

*****

"Aku sudah membuatkan resep minum obat buat putrimu. Aku harap putrimu akan rutin meminumnya, agar putrimu semakin cepat sembuh," ucap Aarti saat ia sedang melakukan tugasnya sebagai seorang dokter anak-anak.

"Terimakasih dokter Aarti. Aku akan pastikan putriku meminumnya," balas sang ibu pasien.

"Baiklah. Oh ya, aku juga sudah menambahkan sirup," sahut Aarti.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang