7. IKATAN ATAU KITA?

536 21 2
                                    

Happy Reading♡
Jangan lupa untuk vote dan coment!
Semoga kalian suka dengan part kali ini:)

~~~

Sore berganti malam, Beberapa pekerja telah berhamburan keluar dari kantor, termasuk Swara sendiri. Saat ini gadis itu berdiri di tepi jalanan menunggu taksi yang menjadi alat transportasi untuk ia pulang. Sesekali pandangannya selalu melihat ke arah kiri, dimana taksi tersebut harus hadir dari arah sana. Dia juga sering menatap ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Sudah cukup lama aku di sini tetapi taksi belum juga datang. Sebentar lagi malam akan tiba dan ibu pasti akan cemas karena aku belum juga pulang. Bagaimana ini?" ucap Swara.

Tatapan Swara kembali beralih pada arah kiri. Belum ada tanda-tanda akan kehadiran taksi. Bahkan jalanan itu terlihat sangat sepi. Hanya satu sampai dua pengendara saja yang lewat. Biasanya pengendara lain lebih memilih rute yang paling dekat ketimbang memilih rute depan gedung perkantoran milik keluarga Mehta karena itu cukup jauh.

Langit mulai mendung yang menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Kilatan putih di langit pun nampak jelas. Membuat Swara sedikit ketakutan harus berada di sana.

"Sepertinya taksi tidak akan datang dan mungkin juga sebentar lagi akan turun hujan. Lebih baik aku berjalan saja sampai depan. Mungkin nanti taksi nya akan datang," ucap Swara kembali.

Gadis itu memutuskan untuk berjalan beberapa langkah ke depan seraya menunggu taksi. Ketika Swara berjalan dengan santai, tiba-tiba hujan turun cukup deras. Membuat dia sedikit panik dan bingung harus berteduh dimana.

Swara melindungi atas kepalanya dengan menggunakan tangan agar tidak terkena hujan.

"Oh ya ampun, hujan. Bagaimana ini? Aku harus berteduh dimana? Baju ku juga sudah basah terkena hujan. Percuma apabila aku berteduh sekarang," ucap Swara.

Gadis itu kembali berjalan. Kali ini langkah kakinya cukup cepat agar dia bisa segera sampai rumah. Tetapi langkahnya harus terhenti saat tubuhnya nyaris menubruk seseorang yang tengah memegang sebuah payung.

Swara mendongakkan kepalanya—menatap siapa orang yang tiba-tiba datang dan memayunginya. "Kau?"

Swara cukup terkejut saat melihat orang itu yang tak lain adalah Sanskar. Dia heran kenapa laki-laki itu datang dan memayunginya?

Hujan semakin lebat. Suasana dingin terasa menembus kulit. Tetapi bagi Swara dan Sanskar hal itu mereka baikan sejenak. Saat ini keduanya saling menatap satu sama lain. Ketika sebuah gemuruh petir terdengar cukup keras, Swara langsung mendekati tubuh Sanskar dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang lelaki itu.

Sanskar merasakan ketakutan Swara. Tubuhnya menggigil antara rasa takut dan rasa dingin. Entah dorongan darimana? Tangan lelaki itu terangkat secara perlahan. Mencoba untuk menenangkan rasa takut Swara.

Tanpa Swara dan Sanskar sadari, Ragini yang berada di dalam mobil, gadis itu melihat hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Dia belum pulang karena tadinya ia ingin mengajak pulang bersama Sanskar. Tapi dia malah melihat pemandangan yang sama sekali tidak ingin ia lihat. Gadis itu terlihat sangat marah dan langsung menjalankan mobilnya untuk pergi dari sana.

Sementara itu, Sanskar masih memeluk Swara. Dia mengusap-usap punggung gadis itu agar sedikit lebih tenang padanya.

"Selama ada aku disini, kau akan aman," ucap Sanskar.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang