23. UNGKAPAN RAGINI

251 19 5
                                    

Happy Reading♡
Jangan lupa vote dan coment!

~~~

Swara dan Sanskar berada di teras. Ada ayunan disana bahkan lampu-lampu kecil membuat tempat itu semakin indah. Bahkan terlihat jelas bulan bersinar terang di atas langit.

"Ini teras, jika ada perayaan seperti acara layang-layang, aku dan Sonia selalu bermain disini. Sejak kecil kami sangat dekat bahkan aku selalu melindungi adikku itu," ucap Sanskar.

"Tempat ini sangat indah. Ya... meski tak seindah sikap sang pemilik," ucap Swara membuat Sanskar langsung menoleh.

"Apa maksudmu?! Tak seindah sikap sang pemilik? Maksudmu diriku?!" ujar Sanskar.

"Sebentar, perasaan aku tidak menyebut namamu. Oh, kau tersinggung dengan ucapanku, begitu?" balas Swara, tak mau kalah.

"Tersinggung atau tidak yang jelas kau mengatakan hal itu dengan sudut matamu melirik ke arahku, jadi ucapanmu itu untukku?" ujar Sanskar.

"Sudah, aku malas berdebat denganmu!" Swara memilih mengalah. Gadis itu berjalan berkeliling melihat teras dan suasana pada malam hari.

Sanskar merasa jengah dengan tingkah Swara yang terus berjalan memutari tubuhnya. Sanskar meraih pergelangan tangan Swara lalu melipatkannya ke belakang tubuh Swara. Membuat gadis itu terkejut dan berdiri di hadapan Sanskar.

"Apa kau bisa diam? Aku merasa pusing saat kau mengitari diriku!" ujar Sanskar menatap tajam Swara.

"Lepaskan aku!"

"Tidak! Aku tidak akan melepaskan kau! Kau selalu membuatku kesal setiap saat. Bisa tidak sehari saja kau membuat diriku lebih tenang?!" Sanskar memperkuat cengkramannya pada pergelangan tangan Swara.

"Aw..." Swara meringis kesakitan. "Kenapa kau marah-marah? Terserah diriku mau bergerak bagaimanapun juga. Ketenangan mu itu urusanmu, bukan urusanku! Lebih baik sekarang kau lepaskan aku!"

Swara menatap sepasang mata Sanskar. Begitupun dengan Sanskar. Swara meronta agar tangannya di lepaskan oleh Sanskar. "Lepaskan aku, Sanskar!"

"Kau tau? Sikapmu itu sangat kasar! Mungkin kau sudah mengatakan bahwa kau membenciku dan sekarang giliranku. Kau ingin dengar? Aku membencimu, tuan Sanskar Singh Mehta!" ujar Swara dengan mengatakan nama lengkap Sanskar.

Sanskar melepaskan cengkramannya pada tangan Swara. Gadis itu hanya memegang pergelangan tangannya yang terasa sakit dan menatap tajam ke arah Sanskar.

"Sekarang kau pergi!" ucap Sanskar tanpa menoleh ke arah Swara.

"Kau mengusirku?"

"Apa kau tidak dengar, aku bilang pergi!" ujar Sanskar.

Swara beranjak pergi. Sanskar merasa sedikit tenang karena Swara telah pergi. Sanskar berbalik badan lalu beranjak pergi dari teras.

"Hei,"

Langkah kaki Sanskar tiba-tiba terhenti ketika mendengar seseorang. Sanskar refleks menoleh ke arah sisi kanannya.

"Kau? Bukankah kau sudah-" Sanskar terbelalak kaget ketika melihat Swara duduk santai di ayunan yang berada di teras. Swara beranjak berdiri lalu menghampiri Sanskar.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang