43. TERJATUH

193 21 4
                                    

Happy Reading♡
Jangan lupa untuk vote dan coment!

~~~

Swara menatap ke arah jendela mobil. Pikirannya terus terbayang pada Nandini. Banyak pertanyaan yang saling sahut menyahut dalam benaknya. Dia benar-benar heran sekaligus penasaran apa yang di katakan Nandini dikuil tadi.

Swara menoleh ke arah Sanskar. Apa aku beritahu saja kepada Sanskar tentang bibi Nandini yang ternyata ibunya Ragini?

Tidak, Swara. Jangan beritahu Sanskar dulu. Kau harus cari tau jawaban atas pertanyaanmu ini. Setelah itu kau boleh beritahu Sanskar. - batin Swara.

Saat Sanskar menoleh ke arah Swara, gadis itu langsung memalingkan wajahnya kembali ke jendela.

"Swara," panggil Sanskar membuat Swara refleks menoleh padanya.

"Ya, Sanskar."

"Aku lupa ingin menanyakan ini, tadi setelah aku berteleponan dengan managerku, aku lihat kau bicara dengan seorang wanita. Siapa dia?" ucap Sanskar.

Swara terdiam. Dia sedikit bingung, apa yang harus ia jawab? Apa perlu ia memberitahu Sanskar soal ibunya Ragini?

"Dia... Dia... Em, teman ibuku. Ya, dia teman ibuku. Kebetulan dia ada disini jadi kami sedikit berbincang," balas Swara yang sempat kebingungan mencari jawaban yang tepat.

Sanskar mengangguk paham. "Oh, aku kira siapa?"

Maaf aku berbohong kepadamu, Sanskar. Aku berpikir bahwa lebih baik kau tidak tau dulu. - batin Swara.

Drrtt

Ponsel Sanskar berbunyi. Ada sebuah pesan masuk kedalam ponselnya dan itu berisi sebuah video. "Nomor siapa ini? Dan apa yang dia kirimkan?"

Saat Sanskar ingin membuka video itu, tiba-tiba sang supir angkat bicara. Membuat Sanskar mengurungkan niatnya.

"Tuan, kita sudah sampai."

"Baiklah. Ayo Swara, kita sudah sampai," ucap Sanskar lalu memasukkan ponsel miliknya pada saku celana.

Swara tersenyum lalu keluar dari mobil dibarengi oleh Sanskar yang juga sama keluar. Mereka telah sampai di Perusahaan Mehta Collection.

Swara berdiri didepan gedung itu dan melihatnya dengan intens. Kini Swara mengingat saat ia pertama kali melihat perusahaan milik Sanskar. Waktu itu ia melihatnya sebagai gadis biasa yang ingin melamar pekerjaan tapi sekarang berbeda, Swara melihatnya sebagai seorang istri dari pemilik perusahaan tersebut. Seperti sebuah mimpi yang tak pernah Swara bayangkan.

"Ayo masuk, Swara." ajak Sanskar. Swara mengangguk lalu beranjak masuk bersama Sanskar.

******

"Sudah siang tapi Swara belum pulang juga? Kemana dia?" gumam Ragini yang tengah berdiri sambil melihat ke arah pintu. Berharap Swara telah pulang. Entah kenapa dia terlihat begitu sangat menunggu kepulangan Swara ke rumah.

"Kau menunggu Swara, Ragini?" tanya Sonia yang tiba-tiba datang.

"Ya aku memang sedang menunggu dia," balas Ragini.

"Untuk apa kau menunggunya? Bukankah kau tidak menyukai Swara?" tanya Sonia. Membuat Ragini refleks menoleh ke arahnya saat Sonia mempertanyakan hal itu.

"Kau mengatakan apa, Sonia? Aku dan Swara sekarang menantu di rumah ini bahkan Swara juga kakak iparku dan aku adik iparnya. Jadi mana mungkin aku tidak menyukainya?" balas Ragini, kikuk.

"Aku pikir kau tidak menyukainya," sahut Sonia.

"Kenapa kau berpikir seperti itu? Justru aku yang seharusnya berpikir bahwa kau juga tidak menyukai Swara. Kenapa?" tanya Ragini.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang