28. HARI PERTAMA

271 19 3
                                    

Happy Reading♡
Jangan lupa untuk vote dan coment!

~~~

Aarti duduk di kamar nya—di rumah Swara. Dia mengambil bingkai fotonya bersama Swara saat Wisuda dulu. "Maafkan aku, Swara. Seharusnya aku memberitahumu bahwa ada seseorang yang berusaha merusak kebahagiaan mu."

Aarti mengingat kejadian saat dia terjatuh tadi di jalan dan di kejar oleh Laks, Ragini dan komplotannya.

"Aku mohon, jangan lukai aku. Aku juga minta jangan gagalkan pernikahan Swara. Aku mohon," lirih Aarti, menangis.

Ragini berjongkok di hadapan Aarti lalu memegang dagu gadis itu. "Kau ingin lari dari kami? Katakan!"

Laks ikut berjongkok dekat Ragini. "Aku harap kau tidak mengatakan bahwa aku temannya Swara yang ingin menghancurkan pernikahannya."

"A-aku akan mengatakan semuanya!" Dengan susah payah Aarti mengatakan itu.

"Kau tidak akan melakukan itu. Kau masih sayang terhadap nyawamu, bukan? Lihatlah anak buahku, Madav dan komplotannya. Mereka seorang preman, dan seorang preman sudah tidak takut lagi melakukan kekerasan!" ujar Ragini seperti ancaman bagi Aarti.

Ragini beranjak berdiri dan membelakangi Aarti dan Laks. "Terserah kau saja. Lagipula bila kau memberitahu Swara, aku yakin dia tidak akan percaya kepadamu. Ini adalah malam pernikahan Swara, jika kau mengatakan semua ini sama saja kau ingin menghancurkan momen pernikahan itu," ucap Ragini.

"Berdirilah!" Laks mengulurkan tangan kearah Aarti. Gadis yang masih duduk di jalan aspal itu merasa bingung. Sekali melirik ke arah Laks lalu sekali melirik ke arah tangannya. "Ayo."

Aarti menatap sepasang mata Laks. Begitupun dengan Laks. "Kau tidak ingin berdiri, baiklah."

Aarti langsung memegang tangan Laks. Laki-laki itu membantu Aarti untuk berdiri. Bahkan kaki Aarti masih terasa sakit membuat dia nyaris terjatuh lagi. Namun, dengan cepat Laks memegang pinggang Aarti.

Aarti menjauhkan tubuh Laks. Dia tidak sudi di pegang oleh penjahat sepertinya. "Mau kalian apa? Kenapa kalian tidak suka bila Swara menikah?"

Ragini berbalik badan lalu menatap tajam Aarti. "Kau ingin tau alasannya? Karena aku mencintai Sanskar, tapi sahabatmu itu merebutnya dariku!"

Aarti kini tau alasan di balik niat mereka itu. Dia tidak ingin mendengar lebih jauh lagi ucapan gadis yang berada di hadapannya, lalu ia berbalik badan dan berniat pergi dari sana.

"Silahkan pergi dan beritahu Swara. Tapi jangan harap hidup Swara akan bahagia," ucap Ragini. Membuat langkah kaki Aarti berhenti.

"Kau belum tau aku. Lihat, aku bisa melakukan penculikan ini dengan mudah apalagi menghancurkan hidup seseorang. Sekali dayung dua sungai terlampaui. Kau pikir setelah kau mengenal diriku, hidupmu akan tenang, begitu? Jangan harap. Kau ataupun Swara akan sama-sama aku hancurkan," ucap Ragini semakin mengancam Aarti.

Itu alasan kenapa pada saat Aarti sampai di rumah Swara tadi, ia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya tidak ingin hidup Swara di hancurkan oleh Ragini.

Aarti menghela nafasnya. "Maafkan aku, Swara. Aku harap kau baik-baik saja dalam pernikahanmu itu. Aku harap kau menjaga dirimu sendiri. Ada banyak orang yang bermuka dua sedang mengintaimu, mengintai kehidupanmu hanya demi mendapatkan cinta yang kini menjadi milikmu," ucap Aarti, lalu memeluk bingkai foto itu.

*****

Sanskar membuka lemari pakaiannya. Di dalamnya terdapat kasur lantai dan dia mengambilnya. Malam ini terpaksa dia harus tidur dengan beralas kasur lantai yang lumayan agak tipis.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang