56. JANJI

229 17 7
                                    

Happy Reading♡
Jangan lupa untuk vote dan coment!

~~~

Sanskar berjalan menghampiri Ragini dengan tatapan tajam. Membuat Ragini menunduk, seolah-olah tak berani menatap wajah Sanskar.

"Apa kau yang mengakibatkan kebakaran itu?" tanya Sanskar dengan halus. Namun Ragini masih saja diam, bahkan ia belum bisa menatap Sanskar.

"Jawab aku, Ragini. Apa kau yang telah mengakibatkan kebakaran itu? Apa kau juga yang telah membuat ibuku seperti ini?" tanya Sanskar sekali lagi. Namun Ragini masih tetap sama, tak mau angkat bicara. "Jawab aku, Ragini. Kenapa kau hanya diam saja?"

Ragini membalas tatapan Sanskar, meski ia sedikit takut. "Sa-Sanskar a-ku-"

"CEPAT KATAKAN RAGINI!" teriak Sanskar membuat Ragini semakin ketakutan.

"Tidak Sanskar bukan aku. Aku tidak melakukan itu, Sanskar. Percayalah kepadaku," ucap Ragini yang sudah mulai menangis.

"Benarkah? Bukan kau?"

"Aku mengatakan yang benar, Sanskar. Sonia menuduhku padahal aku tidak melakukan apa-apa. Aku mohon percayalah," balas Ragini.

"Apa maksudmu Ragini? Kau mengira aku yang berbohong begitu?!" ujar Sonia tak terima. "Kakak aku tidak mungkin menuduh orang sembarangan. Jika kau percaya dengan Ragini, baiklah mari kita lihat rekaman cctv. Kita akan tau siapa yang berkata jujur dan siapa yang berkata bohong."

"Sekali lagi aku bertanya kepadamu, Ragini. Apa kau yang telah membuat kebakaran itu? Katakan yang sebenarnya, Ragini. Sebelum aku benar-benar marah kepadamu," ucap Sanskar pada Ragini. "Cepat katakan, Ragini!"

"Ya, aku yang melakukannya. Aku yang telah membuat kebakaran itu terjadi. Aku juga orang yang telah membuat bibi Anju seperti ini." Akhirnya Ragini mengakui kesalahannya sambil menangis. "Maafkan aku, Sanskar. Maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja, Sanskar. Aku mengakui kalau aku telah melakukan kesalahan. Maafkan aku."

Sanskar mengepalkan tangannya. "Kau benar-benar keterlaluan, Ragini. Kali ini kau telah melewati batasanmu di rumah ini. Apa kau tidak pernah sekali aja belajar dari kesalahanmu waktu itu?! Lebih baik sekarang juga kau pergi dari rumah ini. Aku tidak ingin lagi gadis sepertimu berkeliaran di rumahku!"

Ragini benar-benar tak percaya bahwa detik ini Sanskar mengusirnya. "Sanskar kau mengusirku?"

"Ya, aku mengusirmu. Sekarang kau cepat pergi sebelum aku bertindak kasar kepadamu! Cepat pergi!" ujar Sanskar.

"Sanskar maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja, Sanskar. Aku mohon dengarkan penjelasanku dulu. Pada saat aku ingin memasak, aku tidak sengaja menumpahkan minyak dekat kompor lalu saat aku ingin membersihkannya tapi tiba-tiba ibu menelponku. Karena tidak ada sinyal di dapur, aku pergi keluar untuk mencari sinyal dan aku lupa bahwa aku beluk mematikan kompor itu. Tolong maafkan aku. Aku mohon," ucap Ragini penuh permohonan.

"Kau benar-benar ceroboh, Ragini. Atas kecerobohanmu kau hampir saja merenggut nyawa ibuku. Kesalahanmu kali ini tidak akan pernah aku maafkan sampai kapanpun juga. Lebih baik kau kemasi pakaianmu dan pergi dari rumah ini. Cepat pergi!" tukas Sanskar yang begitu marah pada Ragini.

"Sanskar tenanglah dulu. Kau tidak-" Nenek Kalyani berusaha menenangkan amarah Sanskar namun sepertinya Sanskar sudah benar-benar sangat marah pada Ragini.

"Bagaimana aku bisa tenang nenek?! Gadis ini berusaha melenyapkan ibuku. Apa kesalahannya bisa dimaafkan?! Tidak nenek. Aku akan mengusir gadis seperti dia untuk keluar dari rumahku!" potong Sanskar.

Ragini langsung bertekuk lutut sambil memegang kedua kaki Sanskar. Membuat semua orang terkejut. Mereka tidak pernah melihat Ragini begitu memohon pada seseorang dengan cara seperti itu. "Aku mohon maafkan aku, Sanskar. Jangan usir aku, aku mohon. Apa yang akan dikatakan ibuku nanti? Dia akan sangat marah bila mengetahui hal ini. Aku mohon maafkan aku. Aku janji tidak akan melakukan hal seperti ini lagi. Aku janji, Sanskar. Aku janji."

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang