49. BERDUA

255 19 3
                                    

Happy Reading♡
Jangan lupa untuk vote dan coment!

~~~

Aarti duduk dikursi yang berada di depan halaman rumah keluarga Mehta. Ia duduk tepat di samping Laksh yang tadi duduk sendirian disana. Saat Aarti keluar rumah itu, ia tak sengaja melihat Laksh tengah duduk.

"Laksh, apa kau baik-baik saja?" tanya Aarti.

"Seperti apa yang kau lihat," balas Laksh dengan dingin. Bahkan ia saja tidak menoleh sedikitpun ke arah Aarti.

"Sudah berapa kali aku katakan kepadamu, lepaskan dirimu dari cengkraman Ragini. Katakan tentang kau dan Ragini kepada semua orang tapi kau? Kau masih tetap saja diam dan hatimu malah berkata bahwa kau mencintainya. Jika saja dari awal kau katakan semuanya, mungkin Ragini tidak akan menuduhmu seperti tadi!" ujar Aarti.

Laksh terkekeh. "Aku mengatakan atau tidak, hasilnya akan tetap sama. Seperti apa yang pernah kau katakan kepadaku, Ragini itu licik, jahat dan gadis yang seperti dia bisa mengatakan apa saja. Bisa memutar balikan fakta."

Aarti menghela nafasnya. "Aku hanya ingin mengatakan, jika kau memang sudah mencintai Ragini, lebih baik kau lupakan saja dia. Laki-laki sebaik dirimu tidak pantas mendapatkan gadis sejahat Ragini. Dia egois, dia hanya mementingkan dirinya sendiri. Aku mengatakan ini karena aku tidak ingin kau terluka lagi, Laksh. Aku peduli kepadamu."

Laksh menoleh pada Aarti. "Terimakasih atas kepedulianmu kepadaku dan terimakasih karena selama ini kau selalu memperingatkan aku tentang Ragini. Tapi apa yang kau katakan kali ini sangatlah salah. Aku tidak mencintai Ragini dan tidak akan pernah!"

Laksh bergegeas pergi dari sana meninggalkan Aarti duduk sendirian. Gadis itu menatap punggung Laksh yang perlahan-lahan berjalan semakin menjauh.

"Mulut bisa berkata lain tapi tidak dengan hati, Laksh. Wajahmu, tatapanmu, semuanya mengatakan jika kau memang mencintai Ragini. Kau juga tidak bisa berbohong kepadaku tentang perasaanmu itu," ucap Aarti seolah-olah ia bisa mengartikan semua perasaan Laksh.

******

Ragini dan ibunya baru saja sampai di rumah. Wajah Nandini mengatakan bahwa ia sangat marah dan kecewa kepada Ragini. Namun berbeda dengan Ragini, ia terlihat biasa saja. Hanya wajah letih yang terlihat.

"Tolong bawakan koperku ke kamar," pinta Ragini pada salah satu pelayan rumahnya dan pelayan itu langsung beranjak pergi dengan membawa koper milik Ragini.

Ragini beranjak pergi, entah kemana? Namun baru saja beberapa langkah, Nandini langsung menghentikannya.

"Mau pergi kemana kau?" tanya Nandini.

Ragini menoleh. "Aku ingin pergi kedapur, ibu. Aku sangat haus sekali. Dari tadi aku terlalu banyak bicara jadi seperti ini. Tenggorokanku rasanya sangat kering."

Ragini yang baru saja ingin beranjak pergi, Nandini langsung menarik tangannya dan menampar Ragini cukup keras. Membuat Ragini memegang pipinya yang berdenyut sakit.

Ragini menoleh kearah Nandini dengan tatapan marah. "Ibu ini apa-apaan?! Kenapa ibu menamparku lagi? Apa ibu kurang puas menamparku? Jika benar tampar pipiku lagi. Tampar pipiku, Ibu!"

"RAGINI!! Apa kau sudah kehilangan rasa malumu?! Berani sekali kau berteriak padamu ibumu ini! Dimana sopan santunmu?!" ujar Nandini.

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang