22| Tentang Seisa

46 7 0
                                    

Maaf lama update nya

Langsung aja ya

Happy reading

______________________

Ketika ada satu teman yang rapuh, jangan pernah di tinggalkan walaupun masalah yang dia buat begitu besar.
- SixMan Psyco




"Ji, cerita bego diem aja lo,"mereka berlima sedang duduk di ruang Vino yang sedang terbaring lemah. Renal bertanya dengan Oji mengenai dirinya yang ingin membunuh Vino. Oji melirik ke arah Renal yang menatapnya penuh selidik.

"Lo udah tau ngapain nanya si!"Renal tertawa pelan. Oji melihatnya dengan tatapan tidak suka. Mata oji juga melihat ke arah David, Daniel, yang menatapnya tajam. Tidak dengan Steven yang sedang duduk mojok dari mereka dengan ponsel di tangannya.

"Jelasin, atau lo mati di tangan gue,"ucap David. Oji menghela nafas ia tidak takut harus di bunuh oleh David. Namun Oji sudah berjanji tidak akan mati terbunuh, hingga balas dendamnya tercapai. Oji menatap Vino yang sedang terbaring dengan alat medis di tubuhnya.

"Siesa suka sama Vino udah lama, dia selalu cerita soal Vino ke gue dan bodohnya gue gak tau kalau yang di ceritain Seisa itu Vino,"Oji menghela nafas tangan nya terkepal kuat dengan urat-urat yang muncul di tangannya "Vino berkali-kali nyakitin adik gue, dia selalu bilang Seisa gak pantes hidup di dunia ini. Vino bilang Seisa menjijikan. Vino selalu bisa bikin Seisa sakit hati, nangis setiap hari,"Oji mengambil gelas di meja Vino.

Prang

Oji melempar gelas itu ke dinding, hingga pecah. Ke lima teman nya menatap Oji dengan raut wajah berbeda-beda. Mereka masih diam.

"VINO BRENGSEK. Gue gak nyangka Vino bisa kaya gitu. Selama ini gue salah nilai Vino,"tambah Oji dengan tubuh yang gemetar.

"Seisa sampai sakit karena Vino, Seisa cuman punya Vino dan gue di hidupnya. Orang tuanya gak pernah anggap Seisa ada. Seisa selalu sendirian di kamar, dia gak punya teman. Gue selalu hibur Seisa kalau dia sedih. Gue selalu ada buat dia,"Oji duduk di depan gelas yang pecah itu. Dengan wajah yang terlihat menatap lantai. "Dia cewek pintar selalu bisa bikin gue percaya kalau Seisa bahagia, dia selalu senyum kalau gue dateng. Seisa nyembunyiin sikap sedihnya ke gue,"ujar Oji lagi dengan cairan bening yang sudah mengalir jatuh ke lantai.

"Seisa suka banget sama Vino, semenjak Vino selalu bantuin anak-anak di sekitar komplek nya. Mulai dari situ dia suka. Gue awalnya kaget denger Seisa cerita soal cowok tampan. Dia cerita ke gue setiap hari, dia senang. Gue turut seneng, tapi setelah itu,"Oji menatap Vino sebelum meneruskan perkataannya.

"Seisa nangis, gue baru pertama kali liat dia nangis kaya gitu. Gue mau bunuh orang itu udah lama. Tapi Seisa selalu nahan gue buat gak melakukannya,"Oji tertawa hambar membuat ke lima temannya menatap tidak tega. Semarahnya Renal, Daniel, David dan Steven ia juga tidak tega melihat Oji yang sedang rapuh seperti ini.

Renal mendekati Oji dan duduk di depan Oji. Renal tidak mengeluarkan kata apa-apa dengan Oji yang masih menatap Vino. "Setelah gue tau Vino penyebab ini semua, gue berusaha bunuh Vino. Meskipun gue gak harus. Tapi gue harus demi Siesa. Siesa berharga buat gue, dia gue anggap adik gue sendiri karena gue tau rasanya gak pernah di anggap. Gue jagain Siesa dengan sebisa gue. Tapi Vino ngancurin ini semua! BANGSAT!"Oji benar-benar nangis ia memukul kepalanya sendiri. Renal hanya menatapnya datar Oji yang terlihat rapuh. David menghampiri Renal dan duduk di depan Oji yang masih menunduk. Mereka diam menatap Oji.

"Gue benci duduk di sini, gue benci liat ruangan ini. Gue benci rumah sakit. Gue selalu inget Siesa mati bunuh diri di rumah sakit dengan tangan nya yang putus,"Oji sesak ia menangis hingga menimbulkan bunyi tangisan yang pilu.

"Gue lemas, gue gak tau harus gimana lagi kalau Seisa gak ada di hidup gue,"Oji mengingat bagaimana Oji terus bersama Seisa selalu bikin senang Seisa kemana pun. Oji juga berjanji tidak akan pernah membuat Siesa sedih dan melakukan hal yang tidak seharusnya di lakukan. Oji selalu memikirkannya perihal kehidupan Seisa yang terlihat berantakan karena kedua orang tuanya.

Daniel menghampiri Oji dan duduk di samping Renal dan David. Mereka bertiga masih diam tanpa bersuara. Steven tidak juga mengalihkan tatapan nya dengan layar ponsel di tangannya.

"Cara gue buat menenang Siesa. Bikin patung lilin sambil megang biola. Vino pernah janji sama Seisa untuk kasih hadiah biola di acara ulang tahunnya,"Oji menghela nafasnya yang sesak "Meskipun Seisa udah mati dia akan pernah mati di hati gue seumur hidup gue. Gue akan bunuh Vino apapun itu! Lo semua gak usah hal angin gue!"Oji mencoba berdiri ia menghapus air matanya dan menatap Vino dengan sorot mata tajam. Renal, David maupun Daniel masih diam dengan posisi sama.

"Jangan bunuh orang itu ya jiji, janji ya sama Siesa."

"Jangan bunuh ya."

"Bunuh dosa tau jiji, pokoknya jangan bunuh ya."

Oji jatuh ia kembali duduk seperti semula. Kaki lemas mengingat perkataan Seisa untuk tidak membunuh Vino. Oji serba salah di sini, ia harus menuntaskan apapun yang berkaitan dengan Seisa. Oji menangis dengan kedua tangannya menutup wajahnya. Oji benar-benar rapuh. Pisau yang di tangannya juga terjatuh di hadapan Renal, David dan juga Daniel.

Steven memasukan ponselnya ke dalam saku. Ia menghela nafas, dan menghampiri Oji dan juga Renal, Daniel dan David. Satu persatu teman Oji menghampirinya. Steven melangkah maju dan duduk di samping Daniel.

Ketika ada satu teman yang rapuh, jangan pernah di tinggalkan walaupun masalah yang dia buat begitu besar.

Steven mengambil pisau di sakunya, begitupun Renal, David dan juga Daniel. Mereka bertiga mengarahkan pisau itu di depan Oji. Oji langsung menatap ke tiga temannya dengan raut wajah tidak bersahabat.

"Langsung aja bunuh gue gapapa,"Oji menghapus air matanya.

"Pegang,"ucap Steven dengan memberikan pisau ke depan Oji. Membuat Oji menatapnya datar.

"Bua---"

"Pegang,"ucap Renal meniru perkataan Steven. Oji makin bingung karena Renal juga memberikan pisau itu ke depan Oji.

"Pegang,"Oji memalingkan wajahnya ke arah David dengan pisau yang ada di hadapannya. Oji menakutkan alisnya ia menatap Daniel setelah itu.

"Pegang,"ketiga teman Oji berkata sama dengan memberikan Oji pisau yang mereka punya. Oji mengambilnya satu persatu dengan raut wajah bingung.

"Lukain pisau itu ke tubuh gue,"ucap ke tiga sahabatnya membuat Oji menakutkan alisnya.

"GAK! NGAPAIN LO NYURUH GUE!"ucap Oji meninggi.

"Lakuin sekarang, kalau lo mau bunuh Vino,"ucap Steven membuat Oji terdiam kaku dan membulatkan matanya. Ia melihat ada tiga pisau di tangannya. Air mata nya kembali keluar mengenai pisau.

Bangsat!


















TBC







Terimakasih jangan lupa nanti OSS akan ganti judul di buku versi novel. Aku akan buat dua buku sekaligus, dengan genre romance dan juga pscyo. Di jelasin banget di versi bukunya. Mengandung kata-kata romantis banget dan mengandung bombai juga. Pokonya kalian harus beli ya nanti untuk judul ber genre romance judulnya adalah "Game Romance" menarik kan hehee. Nanti aku akan spoiler khusus extra part setelah Sergio dkk hampir tamat. Jangan khawatir.

Terimakasih yang mendukung cerita ini yaa:)

Love you.

Sergio Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang