Aku bukanlah tokoh utamanya
------------Dreet
"Hallo. "
"Lo dimana? "
"Rumah. "
"Gue jemput sekarang. "
"Eh tapi gue bel---. "Tuut sambungan telepon putus dari luar sana.
15 menit Sifa menunggu di ruang tamu akhirnya Farel datang menjemputnya. Sebelum mereka pergi Farel sudah izin keorang tuanya pastinya.
Sesampainya di tempat tujuan 'cafe' mereka langsung memesan makanan. Dan beberapa menit makanan mereka pun datang.
Keduanya saling diam dimeja makan yang duduk berdua berhadapan.
Hingga akhirnya Farel memberanikan diri untuk memulai percakapan.
"Gerry sahabat lo ? Sejak kapan? "Tanya Farel bertubi-tubi
"Dari gue kelas 10."Jawab Sifa kelewat singkat
Farel mengangguk"Sejak kapan sahabat akrab banget kaya orang pacaran? "Tanyanya lagi sambil melihat kearah Sifa dengan tatapan dingin
Sifa diam memperhatikan setiap wajah milik Farel 'ganteng tapi dingin' ujarnya dalam hati.
"Ya, kenapa emangnya? "
"Gue gak suka. "
"Dia kan sahabat gue. "
"Tetep aja. "
"Ko lo jadi posesif? "
"Karena gue sayang. "Farel melihat kearah jam arlojinya yang tergeletak manis ditangan kirinya.
"Udah sore balik yuk. "Ajak Farel sambil membayar pesanannya dikasir
Sifa mengangguk lalu mereka memasuki mobil dan meninggalkan cafe.
Sesampainya dirumah Sifa , Farel juga ikut turun kedalam rumahnya mengobrol ringan dengan orang tuanya. Tentu saja mengobrol tentang tuntangan yang akan sebentar lagi acaranya.
Farel lalu pamit dengan orang tuanya dan tentunya Sifa.
"Maaf soal yang tadi ya, gue cuman gak mau aja cewek yang gue sayang lagi asik sama cowok lain."ucap Farel kelewat lembut sambil mengelus puncak kepala Sifa
****
Krek
"Sifa bangun udah ada Farel diluar nunggu kamu."Ucap perempuan paru baya
Sifa mengucek matanya malas"Iya Mah sebentar. "
"Mamah tunggu diruang tamu. "
"Hmm. "Setekah udah cukup rapi akhirnya Sifa turun menghampiri Mamah, Papah dan juga Farel .
"Pagi Semua, maaf lama ya hehee. "
"Pagi juga gapapa ko. "Jawab Farel sambil tersenyum
"Oh iya sepulang sekolah nanti Mamah sama Papah mau kerumah Farel untuk membicarakan acara tunagan kamu berdua.""Terus Sifa dirumah sendiri Mah? "
"Nanti kamu kerumah Farel aja sepulang sekolah. Biar kalian tau juga nanti acaranya kaya apa. "Ucap Papahnya Sifa
Mereka berdua mengangguk
****
"Belajar yang bener jangan genit awas lo yaa. "Ujar Farel sambil mengacak puncak kepala Sifa
"Iyee. "
Belum sempat melangkah kedalam kelas, tangan Sifa udah ditarik dan dipaksa pergi menungalkan kelas.
Disinilah mereka berdua Sifa dan Arya tempat yang biasa mereka berdua tempati.
"Gue kangen lo Sif. "Ucapnya dengan lembut sambil memeluk tubuh Sifa yang mungil
Sifa tidak bergeming sama sekali ia hanya merasakan tubuh Arya yang hangat.
"Apa kabar lo? Nanti acarnya jangan lupa ajak gue. "
"Lo harus ngeliatan cantik nanti, harus senyum terus harus pakai baju bagus har--"
"Jangan bahas itu ya. "Ucap Sifa sambil membalas pelukan Arya
Mereka berdua hanyut dalam pikiranya masing-masing. Hingga Bel sekolah berbunyi mereka berdua segera pergi kekelas.
Pelajaran pun berlangsung hingga jam terakhir tanda sepulang sekolah tiba. Sifa membereskan buku- buku nya kedalam tas.
Ting satu pesan masuk diponselnya
Arya : Pulang bareng yuk.
Sifa senang mendapat notif dari Farel tapi ia ingat perkatan yang diucapkan orangtuanya tadi
Sifa : Maaf Ar, ortu gue ngajak kerumah Farel hari ini :(
Arya : Oh yaudah gapapa masih Ada besok. Bye
Ting satu ponsel lagi berbunyi
Farel : Gue didepan kelas
Read
Sifa menghampiri Farel dan mereka berdua berjalan dikoridor sekolah menuju parkiran.
Jaga Sifa dari gue Rel.
****
Didalam Mobil suasana cangung Sifa yang sedang memperhatikan diluar jendela sedangkan Farel memperhatikan jalanan tentunya.
"Ka, boleh ngmong? "Ucap Sifa masih tetap melihat kearah jendela
"Iya? "Jawab nya sambil mengelus lembut rambut Sifa
"Acara tunagan kan sebentar lagi, boleh ya ka kalo Sifa nanti ngabisin waktu berdua lebih lama sama Arya. "
****
Maaf yaa lamaa soalnya lagi banyak banget Tugas ::::::::)))))
KAMU SEDANG MEMBACA
Sergio
Teen FictionNamaku Syifa Aghata Fauziah Kehidupan sewaktu masa SMA ku sangat rumit aku menyukai seorang Ketua Osis dan juga membenci Wakil Osis secara bersamaan. Aku marah dengan diriku sendiri karena telah mencintai laki-laki yang aku benci. Karena sikap nya y...