Ch.43: Kematian ular licik

12.9K 1.6K 11
                                    

⚠️ Warning ⚠️
Biasakan untuk selalu memberikan vote sebelum membaca.
^^Terimakasih^^

⭐⭐⭐

Hingga keesokan paginya, An Yanran masih tidak memiliki ide apapun agar bisa menyelamatkan ibunya walaupun dia sampai begadang semalaman untuk itu.

An Yanran tertunduk lesu. Bahkan dia sama sekali tak berselera saat beberapa pelayan bertanya riasan seperti apa, tatanan rambut seperti apa, atau perhiasan mana yang akan digunakannya. Padahal setiap hari An Yanran tidak bisa lepas dari itu semua, dia sangat berhati-hati dengan penampilannya.

Dia hanya menggunakan satu tusuk konde pada sanggul rambutnya dan hanya menggunakan kertas warna untuk bibirnya.

Pada pukul 07.30 nanti,ibunya akan dieksekusi, hukuman gantung.
Pagi-pagi dia sudah pergi ke alun-alun kota.
...

Kereta yang membawa dua tahanan itu melewati jalanan ibukota yang ramai.
Nama sesungguhnya dari kota ini adalah kota kaisar, karena di kota ini adalah pusat dari kekaisaran Dongfeng dan tempat dimana istana kaisar berdiri.

Orang-orang yang berlalu-lalang dijalan telah menyingkir untuk membiarkan kereta tahanan lewat.
Semua mata tertuju pada jeruji kayu yang hanya muat satu orang itu.

Jeruji kayu itu berbentuk balok berukuran kurang lebih 1×1 meter didalamnya dan dengan tinggi kurang lebih 1,5 meter.
Lu Wu Mei dan Lu Zao yi duduk didalam kurungan itu dengan wajah tertunduk lesu dan tangan dipasung.

Beberapa orang yang awalnya berbisik mulai berani berbicara terang-terangan tentang dosa yang dilakukan oleh Lu Wu Mei dan Lu Zao yi.
"Dasar tidak tau malu!"

"Bukankah mereka masih keluarga? Hubungan mereka adalah bibi dengan keponakan, bagaimana bisa mereka melakukan hal bejat itu?"

"Cih, dasar wanita gatal!"

"Pasangan bejat!"

"Dia dulu sangat sombong dan suka menindas orang-orang, sekarang dewa telah membalas keburukan hatinya."

"Bagaimana Jendral besar An bisa menikahi selir berhati kotor seperti itu? Aku yakin kejadian yang dulu juga adalah akal-akalan nya saja agar jendral menikahinya."

Beberapa orang bahkan mulai melemparkan beberapa tomat dan telur ke wajah Lu Wu Mei dan Lu Zao yi.

Kereta sampai di alun-alun kota, dan disana alat gantung telah menunggu.
Tiang gantung itu berdiri kokoh ditengah alun-alun kota yang ramai.
Dua tali sudah terjulur, menunggu untuk menggantung leher dua orang pendosa.

An Yanran hadir di tengah kerumunan ditemani seorang pelayan yang memayungi nya untuk menghindari matahari yang cukup panas.
An Yanran menatap ibunya yang berada jauh disana dengan tatapan sedih dan putus asa.
Tak terasa air mata keluar dari pelupuk matanya.

Lu Wu Mei dan Lu Zao yi dikeluarkan dari kurungan kayu dan disuruh naik ke panggung.
Algojo mengarahkan mereka lalu menutup mata mereka menggunakan kain hitam.
Algojo lalu mengalungkan tali gantung ke leher Lu Wu Mei dan Lu Zao yi lalu mengeratkan ikatannya.

An Xie Tian juga hadir disana. Dia menutupi tubuhnya dengan jubah bertudung berwarna biru malam.
Tatapannya terfokus kearah panggung dimana Lu Wu Mei dan Lu Zao yi akan digantung.

Sebelum digantung, Lu Wu Mei dan Lu Zao yi diberikan arak terakhir untuk mengantarkan kepergian mereka. Setelah meminum arak itu, eksekusi baru dijalankan.

Algojo meletakkan tangannya di tuas yang terhubung langsung dengan tali gantung, hanya tinggal menunggu perintah dari pegawai pengadilan Zhenge dan dia akan langsung menarik tuas itu.
Saat pegawai pengadilan Zhenge yang bertugas untuk menjadi pengawas itu menaikkan bendera merah ditangan kanannya, algojo sudah siap untuk menarik tuas.

Another World: Xie TianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang