15. Rencana

29.6K 3.3K 262
                                    

Sudah seminggu lamanya Putri menjalankan tugasnya sebagai babu Eza. Kini dirinya sudah terbebas dari hal-hal yang membuatnya hampir gila.

Dan dengan kurang ajarnya Eza malah meminta waktu tambahan. Eza yang enak, Putri sengsara. Tidak akan Putri biarkan Eza mengganggu hidupnya yang sudah kembali damai.

Hari-hari Putri berjalan seperti biasanya, datang sering telat, suka membolos pelajaran, dan hal-hal lainnya yang dia lakukan.

Kini malam Minggu kembali datang. Dirinya sudah mempunyai rencana untuk nanti malam, niatnya ia akan maraton nonton film, membaca novel, dan hal-hal lainnya yang membuat dirinya tidak merasa kesepian. Tidak seperti manusia lain yang malam nanti digunakan untuk pergi bersama kekasihnya.

Siang ini Putri serta keluarganya sedang berkumpul di luar keluarga. Putri merasa kali ini akan ada sesuatu yang dibahas, karena tadi dirinya sampai dipaksa turun ke bawah saat sedang bersantai di kasur.

"Nanti malem kamu mau ke mana, Put?" tanya Lina memecah keheningan. Mereka sedari tadi sibuk menonton film yang sedang tayang.

Putri yang sedang memakan cemilan sedikit bingung. Kepalanya menoleh melihat sang ibu. "Kenapa nanyain? Tumben banget."

"Mommy, nanya doang, emang gak boleh?" Lina mendengus sebal.

"Ya, boleh, sih. Cuma aneh aja gitu, orang setiap malem Minggu aku di rumah aja gak ke mana-mana," jawab Putri lalu kembali fokus menonton.

"Kamu gak punya pacar, Put?" Kali ini Robi yang bertanya.

"Ini nanya atau ngeledek?" sindir Putri dengan bibir yang mengerucut.

Eza yang berada di sebelahnya pun langsung tertawa terbahak-bahak. "Itu nyindir! Makanya besok punya pacar biar malem Mingguan bisa keluar!" ledek Eza sembari memukul paha Putri.

Putri meringis kesakitan karena pukulan dari Eza lumayan membuat pahanya berdenyut. Lantas Putri membalas pukulan itu bahkan yang lebih kencang. Biar Eza tahu rasa.

"Eh, siluman! Lo aja gak punya pacar, sok-sokan ngeledek," balas Putri sinis.

"Kurang asem! Siluman mata lu!"

"Sudah-sudah! Tadi daddy tanya, kamu belum punya, kan?" tanya Robi memastikan.

Putri terdiam beberapa saat memikirkan sesuatu yang membuat dadanya sedikit sesak. Menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan.

"Kalo punya kenapa, kalo gak kenapa?"

"Ya, gapapa. Daddy yakin kamu belum punya pacar, soalnya jarang lihat kamu sama cowok, tapi baguslah."

Putri mengernyit heran. "Bagus kenapa?"

Robi menggelengkan kepalanya cepat. "Gapapa."

Putri menganggukkan kepalanya kaku. Perasaannya menjadi tidak enak. Apalagi tadi yang dibahas hal-hal yang cukup sensitif untuknya saat ini.

Robi berdiri dari tempatnya. "Yaudah, kalian lanjut di sini aja, daddy mau ke belakang sebentar."

Robi berjalan ke arah belakang, pria itu menoleh ke kanan ke kiri, memastikan bahwa tidak ada orang yang memperhatikannya.

Mengeluarkan ponsel dari saku celananya kemudian jari-jarinya bergerak dengan cepat menekan sederet angka yang jika digabungkan akan menjadi sebuah nomor telepon.

Setelah menunggu beberapa menit, telepon itu tersambung membuatnya langsung mendengar sapaan gembira dari seseorang di seberang telepon.

"Halo, Rob!"

My Cold Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang