29. Dua Hari Lagi

27.9K 2.9K 399
                                    

Happy reading ! 🌻❣️

———————————————————————————

Pagi hari kali ini seperti biasa, pagi ini indah. Langit masih kelabu, udara sekitar terasa dingin menyentuh kulit. Kicauan burung-burung terdengar sangat merdu, kicauannya menemani aktivitas manusia di pagi itu.

Terlihat gadis cantik yang masih berada di alam mimpinya, tubuhnya dia bungkus selimut membuatnya semakin merasa nyaman dan rasanya dia tidak ingin terbangun. Di pagi yang sejuk ini enaknya memang tidur.

Terdengar suara dari arah luar kamar yang memanggil-manggil nama gadis itu sembari mengetuk pintu. Namun, gadis itu sama sekali tak terusik. Dengkuran halus terdengar jelas.

Tok! Tok! Tok!

"Putri! Bangun udah siang!" teriaknya dari arah luar. Tak ada sahutan apapun.

Hal itu membuat yang sedari tadi memanggil menjadi geram. Tangannya bergerak untuk membuka pintu kamar anaknya. Beruntunglah kamar itu tak terkunci jadi memudahkan dirinya untuk membangunkan anaknya.

Setelah terbuka, kakinya melangkah memasuki kamar bernuansa abu-abu itu. Dilihatnya anak gadisnya yang masih tertidur nyenyak tanpa terusik sedikit pun. Dia berdecak pelan, kemudian menggelengkan kepalanya pusing. Tak habis fikir dengan anaknya yang satu ini, selalu saja terbangun di siang hari.

"Morning," ucapnya, seraya membuka gorden jendela kamar gadis itu.

Putri mulai terusik dari tidur cantiknya, karena cahaya matahari pagi yang masuk ke dalam kamarnya melalui celah-celah jendela kamarnya. Putri mengubah posisi tidurnya menjadi membelakangi jendela kamarnya agar bisa kembali tidur dengan nyaman.

"Astaga, nih anak bukannya bangun malah makin nyenyak tidurnya," gumam Lina.

"Bangun, udah siang!" Lina menggoyangkan tubuh Putri, membuat sang empu mulai kembali terganggu.

"Putri, astaga. Bangun cepetan! Udah jam setengah sembilan!"

Putri yang mendengar itu langsung terbangun dari tidurnya dan terduduk dengan mata yang membulat sempurna.

"Serius? Kok baru dibangunin, sih!" protes Putri yang langsung berjalan gontai ke arah kamar mandi tanpa mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu.

"HADEH HADEH, PALA AKU PUSING JADINYA," teriak Putri dari arah kamar mandi. Selanjutnya terdengar suara percikan air yang mengalir.

Lina tertawa terbahak-bahak. Sukses sudah dirinya membangunkan anaknya yang sebelas dua belas dengan kerbau. Kali ini dia berhasil mengerjai anaknya di pagi hari tanpa harus menguras emosinya.

Jelas Lina berbohong kalau ini sudah pukul setengah sembilan pagi, nyatanya jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Kalau dirinya tidak berbohong dia yakin pasti Putri tidak akan bisa dibangunkan.

"Mau aja dikibulin," ucapnya terkekeh pelan, lalu berjalan keluar kamar.

***

"Lo ngapain, sih, pake jemput gue segala?" tanya Putri kesal. Pagi harinya kali ini sangat sial. Karena ternyata dirinya harus berangkat bersama Reyhan. Beruntung Eza tadi sedang ada di dalam kamar mandi, jadi lelaki itu tidak sempat melihat Reyhan yang menjemput dirinya.

"Disuruh," balasnya singkat. Sekarang mereka sedang menuju perjalanan ke sekolah.

"Kenapa juga lo harus mau? Kan lo bisa nolak, atau enggak lo pura-pura aja iya-in, aslinya lo gak usah jemput gue."

My Cold Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang