2. First Meet

75.4K 6.7K 790
                                    

"Meminta maaf duluan bukan berarti kamu salah, tapi kamu lebih memilih mengalah daripada memperbesar masalah."

———————————————————————


"Ogah! Sendiri aja sana," tolak Eza.

"Dih. Gue gak tau di mana."

"Tinggal tanya siswa lain." Eza kekeuh tidak ingin mengantar adiknya.

"Ck. Bentaran doang," mohon Putri berdecak, merasa sedikit kesal dengan abangnya.

Eza memutar bola matanya malas. Adiknya ini benar-benar menyebalkan. "Rey, lo mau nganter berkas ke ruang kepsek, kan?" tanya Eza pada Reyhan.

"Hm." Reyhan berdeham pelan sebagai jawaban.

"Nah, pas banget! Nih, mending sekalian lo anter adik gue," suruh Eza dengan tersenyum senang.

Kening Reyhan berkerut, matanya melirik Putri sinis. Seperti tidak suka dengan kehadiran Putri

Sedangkan Putri menatap Reyhan aneh, seolah berkata, "Dih? Kenapa, dah?"

"Ya udah gue titip adik gue," katanya, "jangan lo apa-apain," lanjutnya memperingati.

"Gak minat," ucap Reyhan malas setelah menatap Putri dari atas sampai bawah.

"Siapa juga yang mau sama lo," sahut Putri tak kalah sinis. Menurutnya Reyhan ini tipe laki-laki yang menyebalkan.

"Ya udah, sana, hushh!" usir Eza menggerakkan tangannya.

Reyhan langsung melenggang pergi begitu saja tanpa sepatah kata, meninggalkan Putri yang masih mencerna ini semua. Perempuan itu tersadar, ia menatap punggung Reyhan kesal.


"Sialan!" umpatnya, lalu berlari mengejar Reyhan.

"Tunggu, tembok!" Putri menyamakan Reyhan dengan tembok karena wajah lelaki itu sangat datar.

"Aish! Ganteng-ganteng budek!"

"MAKHLUK ASTRAL!"

"Berisik!"

BRUK.

"Awshh." Putri meringis ketika tidak sengaja menabrak sesuatu yang menyebabkan keningnya terasa sakit.

Kok keras? Gue nabrak apa, sih? Perasaan tadi gak ada tembok depan gue, tanyanya dalam hati.

Reyhan memutar bola matanya jengah. Lelaki itu menatap Putri datar. Menurutnya saat ini Putri sedang modus, tidak ada bedanya dengan siswi-siswi lain.

"Ekhem!"

"Lo?!" Segera Putri berdiri lalu merapikan pakaiannya. "Ck! Sumpah dada lo sakit banget. Kagak ada empuk-empuknya, anjir! Bener, ya, ternyata lo itu tembok."

Ia menatap Reyhan kesal. Bisa-bisanya Reyhan tidak bilang kalau lelaki itu akan berhenti.

"Udah?" tanya Reyhan. Telinganya sudah sangat panas mendengar ocehan perempuan di depannya ini.

My Cold Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang