Happy reading ! 🌻❣️
——————————————————————————
Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Kini Putri masih berada di dalam kelas dengan segala kebingungannya. Ia masih bingung apa maksud dari pesan yang Eza berikan kepadanya.
Rasanya dia sangat malas jika harus pulang bersama dengan Eza, manusia paling menyebalkan. Kini di dalam kelas hanya tersisa anak-anak yang sedang piket dan sahabat Putri saja, murid yang lain sudah pulang ke habitatnya masing-masing.
"Ini kita gak pulang?" tanya Audrey yang sedang memakan kuaci, lalu sampahnya ia buang sembarangan membuat petugas piket menatap kesal Audrey. Sama saja bodong kalau seperti ini, percuma mereka menyapu.
"Gak tau tuh Putri, biasanya juga bel langsung balik," sahut Tasya mengedikan bahunya.
Putri menatap ketiga sahabatnya, lalu berganti menatap petugas piket yang sedari tadi menggerutu sepanjang menyapu.
"Kalian pulang aja deh. Gue nanti belakangan," ucap Putri.
Ketiganya menganggukkan kepalanya mengerti. Kecuali Audrey yang masih terlihat sangat kepo.
"Tumben banget, ada apaan?"
"Kepo banget nih titisan, Dora! Dah sono pada pulang buruan," usir Putri.
"Yeuuu, kampret!"
"Audrey! Nih lo sapu sendiri sampah lo! Gue capek ya dari tadi nyapuin kaga rapi-rapi gara-gara lo. Gue capek nih mao rebahan," omel Rea sambil berkacak pinggang. Ia sudah tak tahan rasanya, tubuhnya sudah sangat pegal.
Audrey menoleh menatap Rea dengan menyengir polos seolah tidak berdosa. "Ampun, Re. Gue juga capek banget sumpah. Lo aja ya yang nyapu? Kan lo yang hari ini piket."
Gadis dihadapannya memutar bola matanya malas. "Gue emang piket, tapi lo nambah beban buat gue," gerutu Rea.
"Lo aja yang bersihin ya ya ya? Sumpah, Re, hari ini lo cantik banget, si Ardan pasti makin suka sama lo! Percaya deh sama gue," rayu Audrey dengan ditambah bumbu-bumbu pujian agar Rea luluh. Nyatanya gadis dihadapannya ini tidak segampang itu untuk diluluhkan.
"Tanpa lo puji gue udah cantik, dan tanpa lo kasih tau, gue juga udah tau kalo Ardan pasti makin suka sama gue."
"Pede gile nih cewek," gumam Audrey.
Audrey sudah kehabisan ide untuk merayu Rea, gadis yang merangkap sebagai bendahara kelas itu susah sekali untuk dirayu. Ardan itu adalah pacar Rea, mereka sudah menjalin hubungan sejak awal kelas 10. Pacarnya itu takut dengan Rea makanya dia tidak pernah bermain di belakang Rea.
"Astaga, Re! Gue lupa ngangkat jemuran! Dikit lagi hujan nanti gue diomelin emak," alibi Audrey. Wajah gadis itu dibuat seolah-olah baru saja mengingat sesuatu.
Audrey turun dari meja yang sedari tadi didudukinya. "Bye, Guys! Gue balik duluan, ya!" ucapnya sebelum akhirnya berlari terbirit-birit keluar kelas. Ia tidak mau kalau ujung-ujungnya disuruh menyapu.
"Pea! Jemurannya aja ada atap kaca. Mau boong gak jago tuh anak," ucap Tasya geleng-geleng kepala melihat kebodohan sahabatnya.
"AUDREY! GUE TANDAIN LO!" teriak Rea menggelar dengan melempar sapu ke depan pintu kelas sehingga menimbulkan suara yang gaduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Husband [COMPLETED]
Teen Fiction⚠️ TAHAP REVISI ⚠️ 15+ [ FOLLOW SEBELUM MEMBACA. ] Buruan baca sebelum sebagian part dihapus!!! Reyhan Aditama, manusia bermuka tembok, dengan sikap dinginnya yang seperti kutub Selatan. Biarpun seperti itu dirinya dikagumi oleh banyak orang. Manusi...