7. Jebakan Batman

47.5K 5.1K 406
                                    

Happy reading ! 🌻❣️

"Sialnya gue harus bertemu dengan makhluk-makhluk yang menyebalkan!"

———————————————————————

Pagi yang cerah di hari Sabtu ini, Putri kembali melakukan rutinitasnya di mana di hari Sabtu ia akan melakukan lari pagi. Mungkin kali ini ia hanya akan berlari di sekitaran komplek perumahannya saja.

Putri berdiri di depan cermin untuk merapikan penampilannya. Gadis itu mengikat rambutnya, lalu tersenyum tipis karena merasa puas dengan penampilannya yang sangat simpel ini.

Ia mengambil airpods kesayangannya kemudian memasangkan di kedua telinganya. Tak lupa ia menyimpan ponselnya di saku hoodienya.

Kalau saja Putri tahu yang sebenarnya akan terjadi pasti ia tidak akan mau pergi. Boro-boro pergi, mengetahuinya saja pasti merasa sangat kesal.

Putri keluar dari kamarnya. Di anak tangga ketiga ia melihat keluarganya sedang berkumpul di ruang tamu. Sepertinya Eza dan Lina sedang meributkan sesuatu, dan Robi yang justru asik menyaksikan itu semua tanpa ada niat untuk melerainya.

"Eza, kamu apa-apaan, sih. Mommy mau nonton sinetron bukan kartun, lagian kamu kayak bocah aja!" cerocos Lina sembari berusaha merebut remot tv dari genggaman Eza.

"Lah, lagian sinetron mulu, drama gak seru. Kan, emang Eza masih bocah Mommy." Eza mengucapkan enam kata terakhir dengan nada seperti anak kecil.

"Bocah mana ada yang kayak kamu, bangkotan!" Lina mendelik melihat wajah anaknya yang terkesan sangat menyebalkan

Mengapa gaya bicara Lina sekarang lebih menggunakan aku-kamu? Karena Robi yang memintanya agar lebih terlihat seperti seorang ibu sungguhan, katanya. Sewaktu Robi berbicara mengenai ibu sungguhan ia sangat merasa kesal, memangnya selama ini Lina ibu jadi-jadian?

"Enak aja! Orang aku ganteng begini, banyak nih yang demen," bangga Eza seraya menampilkan wajah sombongnya.

"Iya banyak, tapi satupun gak ada yang jadi pacar. Huh, cemen!" ejek Lina sambil memutar jari jempolnya ke bawah.

"Sabar, Mom. Eza tuh males pacaran, nanti aja gampang, orang ganteng gini kok. Nanti juga kalo Eza mau pacaran bahkan nikah tinggal tunjuk mau yang mana," ucap Eza dengan sangat percaya diri.

"Dih! Pede amat!" Lina mendelik kesal. "Mana sini, Za, remotnya! Mommy mau nonton sinetron!" lanjut Lina merengek seperti anak kecil.

"Ogah! Lebay drama mulu."

Putri menghela napas menyaksikan perdebatan ini. Ia sudah berdiri di belakang keluarganya sedari tadi, namun tidak ada satupun yang menyadari kehadirannya.

"Ekhem!" deham Putri, "rame amat sampe gak sadar ada aku," lanjutnya menyindir.

"Astagfirullah, Putri, bikin kaget aja." Ketiganya mengelus dada.

"Dih, lagian orang dateng malah pada sibuk rebutan remot. Besok Putri beli tuh remot sepuluh!"

"Gaya kamu! Percuma remot sepuluh kalo TV di sini cuma satu," dengus Lina.

"Lagian kenapa gak nonton di kamar aja, kan, ada TV," ucap Putri kesal. Mengapa tidak ada yang punya pikiran seperti itu?

"Gak seru!" sahut mereka serempak.

"Paduan suara kali," sindir Putri.

"Mau ke mana, Put?" Robi membuka suara setelah menutup korannya.

"Biasa, Dad." Seolah tahu kebiasaan putrinya Robi hanya mengangguk mengerti.

My Cold Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang