11. Pemerasan

37.2K 3.6K 258
                                    


"Gue mau ini, ini, ini, sama ini!"

"Gue ini, ini, sama ini!"

"Gue ini sama ini aja deh!"

Tasya menatap datar ketiganya. Kurang ajar sekali sahabatnya ini. Di mana-mana itu yang ditraktir cukup diam saja, lah ini mereka justru memilih sendiri. Sudah gitu nggak tahu diri lagi, memilih menu yang harganya bisa membuatnya bangkrut.

Ini mah namanya pemerasan!

"Buset! Nyesel gue traktir kalian!"

"Astagfirullah gak baik masa traktir tapi gak ikhlas, berdosa banget kamu," ceramah Audrey sambil mengelus dadanya seperti seseorang sedang ber-istighfar.

Tasya memutar bola matanya malas. Giliran seperti ini saja sahabatnya sok bijak.

"Ck, iya-iya, gue ikhlas!"

"Nah gitu dong, kan enak jadinya."

"Enak, orang lo gak bayar!"

Mereka menyengir dengan wajah tanpa dosa. Tentu membuat Tasya ingin sekali membakar wajah mereka.

Selang beberapa menit datang seorang pelayan dengan membawa pesanan mereka di dalam sebuah nampan.

"Permisi, silahkan dinikmati," ujar pelayan itu sembari menaruh pesanan mereka di atas meja.

Seorang pelayan tadi berbalik untuk kembali bekerja. Sekarang saatnya Putri dan sahabat-sahabatnya menikmati makanan yang notabnya 'gratisan'.

"Oh iya, Sya, si Arik sekolah di mana sekarang?" tanya Audrey disela-sela santapannya.

"Di sekolah tetangga," jawab Tasya santai.

"Hah? Namanya sekolah tetangga? Emang ada sekolah yang namanya begitu?" tanya Audrey polos.

Tasya menatap Audrey jengah. Sahabatnya ini bodohnya kelewatan. Pantas saja bodoh, orang waktu itu Tasya melihat pada saat pembagian otak Audrey bolos.

Sebelum menjawab kebingungan Audrey, gadis itu minum terlebih dahulu. Menanggapi pertanyaan-pertanyaan unfaedah Audrey membuat tenggorokannya kering.

"Bego lo pelihara! Ya, gak ada lah! Maksud gue itu SMA Prasmana bege!" jelasnya kesal.

Audrey mengangguk mengerti. "Oh, di situ, makanya ngomong yang jelas."

"Bukan Tasya yang gak jelas, tapi lo yang kelewat lemot!" sahut Putri yang sedari tadi diam.

Audrey mendengus kesal. Sementara Tasya tersenyum kemenangan, akhirnya ia mempunyai sekutu.

Mereka kembali fokus pada menunya masing-masing dengan diselingi candaan maupun obrolan-obrolan yang sangat tidak penting. Salah satunya ialah membahas pesona pria tampan. Bagi mereka kalau bertemu namun tidak membahas pesona pria tampan rasanya hampa.

Lima belas menit kemudian mereka memutuskan untuk segera pulang ke rumah masing-masing.

"Eh, kita gak nyalon dulu?" tanya Audrey saat mereka sedang berjalan menuju parkiran.

"Ogah!" jawab mereka serempak.

Audrey mengernyit heran. "Kok ogah? Kan enak anjrot!"

"Capek bego, gue mau rebahan aja," balas Putri tanpa melirik Audrey.

"Setuju! Gue juga mau nonton drakor," timpal Bianca menyetujui. Bianca salah satu diantara mereka yang menyukai apapun yang berbau Korea.

"Yaps, gue juga mau siap-siap," tambah Tasya dengan wajah bahagianya.

My Cold Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang