21. Menyebalkan

31.7K 3K 241
                                    

Eza berjalan menuruni anak tangga sembari bernyanyi apa saja yang dia ingat liriknya. Dari lagu a sampai z dia nyanyikan, dan tentu saja lirik lagu itu salah semua. Eza menyanyikannya dengan suara yang sangat fals.

"Yuhuuu! Morning everybody!" teriak Eza lalu menghampiri keluarganya yang sudah berkumpul di meja makan.

"Morning, too."

"Hm, morning."

"Waw impresif, kok bisa ada Reyhan? Mau ngajak gue main lo, bro? Tapi, masih pagi banget anjir."

Masih pagi Eza sudah dibuat bingung dengan kedatangan temannya yang satu ini. Kok bisa ada di rumahnya? Masalahnya, ini masih pagi loh. Gila saja jika Reyhan beneran mengajaknya main pagi-pagi. Hih, main apa coba.

"Sudah, duduk dulu kamu," suruh Robi.

Eza menurut, dia menarik kursi di depan Putri. Lalu duduk dengan tatapan yang bertanya-tanya.

"Nah udah, coba jelasin lo ngapain pagi-pagi ke rumah gue?" tanya Eza pada Reyhan.

"Berisik! Ayo dong buruan makan, udah laper, nih," sela Putri saat Daddy-nya akan menjelaskan. Sumpah ya rasanya Putri tidak ingin kalau Eza mengetahui semua hal yang terjadi, pasti dia habis akan di ledek Eza.

Eza mendengus kesal melihat Putri yang mengabaikannya.

"Ya sudah, kita makan dulu, nanti baru dijelaskan," putus Robi, lalu semuanya langsung sibuk dengan sarapan mereka.

Sedangkan Eza, lelaki itu masih tidak memakan sarapannya, dirinya masih dilanda kebingungan. Rasa penasarannya membuat dirinya lupa akan tujuan awal datang ke meja makan.

"Oh, apa jangan-jangan lo ke sini pagi-pagi cuma buat numpang makan ya? Tapi, kenapa baju lo rapi banget?" tanya Eza yang sudah sangat penasaran. Jarinya mengetuk-ngetuk dagunya seolah sedang berfikir.

Memang Eza punya otak? Eh, bercanda, Za.

Reyhan hanya diam saja, lelaki itu tidak berniat menanggapi pertanyaan-pertanyaan Eza. Begitupun yang lain, mereka masih sibuk makan.

Eza yang merasa diabaikan pun mendengus sebal. Kehadirannya di sini seperti tak ter-anggap. Dan kehadiran Reyhan di rumah ini kayaknya akan membuat Eza darah tinggi. Karena berbicara dengan Reyhan itu sangat menguji kesabarannya.

"Parah banget kalian, sungguh terlalu, ck ck ck," decak Eza sebal. Dirinya berniat untuk memakan sarapannya saja, karena kalau dia bertanya lagi pasti tidak ada yang jawab.

***

"Oh, iya. Hari ini kan hari Minggu, nah mumpung kalian lagi libur, kalian jalan-jalan gih sana. Hitung-hitung saling mengenal satu sama lain," ucap Robi ketika mereka semua sedang berkumpul di ruang keluarga, hanya kurang Eza. Karena lelaki itu tadi sudah kembali molor, mengabaikan rasa penasarannya.

Putri langsung melotot tajam. "Gak! Hari ini aku sibuk," tolak Putri, lalu membuang mukanya.

Reyhan yang mendengar itu hanya menaikkan satu alisnya saja. Siapa juga yang mau jalan dengan nenek gombreng seperti Putri, yang kerjaannya tiap hari marah-marah mulu.

Tatapan Robi beralih ke Reyhan. "Nak, Reyhan pasti mau kan?" tanya Robi.

"Belum ganti baju, Om."

Sungguh sedari tadi rasanya Reyhan ingin pulang, tapi orang tua Putri terus saja menahannya dengan alasan mereka ingin berkumpul dengan Reyhan.

My Cold Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang