55. Gelisah

36.4K 2.9K 479
                                    

Yoks bantu 200k readers! 📸

Setuju/tidak kalau ReyPut pisah? 🤭☝🏻

Happy reading ! 🌻❣️

——————————————————————

"Lagi?" gumam Reyhan bertanya-tanya.

Lelaki itu melihat punggung Putri yang naik-turun. Ia juga samar-samar mendengar  isak tangis Putri, setelah kejadian di mana ketiga sahabat Putri mengetahui semuanya, perempuan itu langsung pergi ke kamar dan terus menangis.

Saat Kanaya ingin mengajaknya main juga Putri hanya diam saja, pada akhirnya Reyhan yang turun tangan untuk memberi pengertian pada gadis kecil itu bahwa Putri sedang tidak bisa diajak main.

Mami dan papinya juga sempat heran, saat tak melihat Putri keluar dari kamar. Bahkan saat jam makan malam pun Putri benar-benar tidak keluar, sebenarnya Imelda ingin menghampiri Putri dan menanyakan ada apa dengan perempuan itu, namun Reyhan melarangnya. Lelaki itu hanya berkata bahwa Putri sedang kelelahan.

Maminya sempat tak percaya, wanita itu malah menuduh Reyhan berbuat nakal pada Putri. Padahal Reyhan saja tidak berbuat apa-apa.

Reyhan menghela napas lelah. Ia lelah melihat Putri yang hanya menangis, perempuan itu melupakan segala aktivitasnya. Makan saja ia enggan, Reyhan hanya khawatir dengan janin yang ada di dalam rahim Putri.

Lelaki itu menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan punggung Putri. Tangannya mengelus lembut rambut Putri.

"Jangan nangis," ucapnya. Namun, Putri tetap menangis.

"Makan, ya?" bujuk Reyhan.

Putri hanya bisa menggeleng. Perempuan itu mengeratkan pelukannya pada gulingnya. Ia menumpahkan segala kesedihannya. Putri kecewa, marah, sedih, kesal, ia ingin menjerit mengatakan pada dunia bahwa ia sedang tidak baik-baik saja. Bukan. Bukan hanya masalah ini, ia sudah terlalu lelah dengan semua masalah yang ia punya.

"Peluk gue aja," kata Reyhan memutar tubuh Putri dan melingkarkan tangan perempuan itu ke pinggangnya, lalu menenggelamkan wajah Putri pada dada bidangnya.

Tangan Reyhan terus mengusap punggung Putri, ia tahu perasaan Putri saat ini sangat sensitif. Apalagi sepertinya ini pertama kalinya bagi perempuan itu melihat kemarahan dari sahabat-sahabatnya.

Putri mulai nyaman berada dalam pelukan Reyhan. Ia semakin menumpahkan air matanya membuat kaos yang Reyhan kenakan menjadi basah. Putri terus menyedot ingusnya yang ingin keluar, entah kenapa Reyhan sama sekali tak merasa jijik.

"Udah, ya, nangisnya?" Reyhan terus membujuk Putri. Biarlah kali ini ia harus bersikap lembut pada Putri, karena ia tidak ingin melihat perempuan itu sedih.

Air matanya sudah tidak keluar, namun isak tangisnya masih terdengar. Reyhan mengangkat wajah Putri, lalu ibu jarinya menghapus jejak air mata perempuan itu.

"Tuh, idungnya merah, kan," kata Reyhan memencet hidung Putri membuat perempuan itu menggeplak tangan Reyhan.

"Susah napas!" omelnya masih dengan isakan.

Reyhan terkekeh pelan, sedang nangis masih saja bisa mengomeli dirinya, namun tak bisa ia pungkiri bahwa ia lebih senang melihat Putri yang sedang mengomel seperti ini dibandingkan melihat Putri yang terus menangis.

Lelaki itu membenarkan posisi duduknya, lalu menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Ia mengangkat tubuh Putri ke dalam pangkuannya, karena sedang tidak mood marah-marah, Putri hanya bisa pasrah dan menerima itu semua.

My Cold Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang