25. Upacara

30.7K 3K 315
                                    

Happy reading ! 🌻❣️

-------------------------

Kini hari Senin kembali tiba. Hari di mana semua murid rasanya malas sekali untuk pergi ke sekolah. Bagaimana tidak, setiap hari Senin pasti akan dilaksanakan upacara bendera, yang artinya mereka harus berjemur di bawah teriknya sinar matahari pagi.

Apa lagi ditambah dengan ocehan-ocehan guru mereka yang akan memakan banyak waktu. Mereka sampai hafal dengan ceramah yang setiap hari Senin guru mereka sampaikan. Yang tak lain peringatan untuk anak-anak yang suka melanggar aturan, yang suka membolos jam pelajaran, yang sering tidur di dalam kelas, dan lain sebagainya.

Sampai bosan mereka mendengarnya. Karena percuma saja mau guru mereka berbicara seribu kali tentang hal itu juga pasti akan tetap dilanggar. Kalau kata murid-murid nakal yang sering melanggar aturan begini.

'Aturan diciptakan untuk dilanggar, kalo gak dilanggar gak seru, dong."

Ya, begitulah mereka. Aneh memang, bisa-bisanya berfikir seperti itu. Dan tidak ada kapoknya sekali padahal sudah sering kali mendapat hukuman.

Selepas kejadian di mana Reyhan meninggalkan Putri di tengah jalan, lalu berakhir dengan Putri yang hampir dilecehkan kini membuat keduanya perang dingin.

Apa lagi saat Putri memblokir nomor Reyhan, membuat Reyhan kesal setengah mati. Dia menyesal karena sempat menjatuhkan harga dirinya dihadapan Rio. Dan juga menyesal karena telah mengirimkan pesan kepada gadis itu.

Baru kali ini Reyhan bertemu gadis seperti Putri, gadis yang menolak pesonanya. Gadis yang berani kepadanya, padahal selama ini tidak ada gadis yang berani melawan Reyhan.

Tapi kalau menurut Reyhan di sini dia yang paling tersakiti itu salah. Jelas! Karena dia tidak tahu apa yang Putri rasakan. Andai saja dia tahu apa yang sebenarnya terjadi, gara-gara dia Putri hampir saja dilecehkan.

Saat tak berhasil membujuk Putri untuk datang ke rumahnya, di situ Reyhan habis diomeli oleh kedua orang tuanya. Berakhir dengan Reyhan yang diusir satu hari.

"Reyhan!" panggil Papinya.

"Hngg?" Reyhan berjalan menuruni anak tangga satu persatu dengan santai seraya bergumam untuk menjawab panggilan Papinya.

"Jam berapa ini? Kamu gak berangkat?" tanya Danu heran.

"Otw," jawabnya singkat dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.

"Gak sarapan dulu?" tanya Imelda yang sedang menyajikan sarapan.

"Kenyang."

"Kenyang makan apa? Angin?"

Reyhan hanya mengedikan bahunya saja. Lalu kakinya melangkah mendekat ke arah kedua orang tuanya setelah itu mencium tangan kedua orang tuanya.

"Pamit. Assalamualaikum," pamitnya seraya menyampirkan tasnya dipundak kanannya.

"Waalaikumussalam."

"Mi, anak kita kenapa jadi irit bicara gitu, ya? Padahal kita berdua gak kayak gitu," ucap Danu menatap istrinya heran.

"Gapapa, yang penting ganteng," balas Imelda terkekeh.

"Itu mah pasti! Ganteng kayak Papinya," pede Danu membuat istrinya menyesal karena secara tidak langsung dia membuat suaminya itu pede tingkat dewa dewi.

"Eh, tapi aku tau loh, kenapa anak kita irit bicara gitu," ucap Imelda membuat Danu yang sedang menyesap kopinya menjadi terhenti.

"Kenapa?" tanyanya penasaran, menatap istrinya lekat-lekat dengan wajah yang berubah menjadi serius.

My Cold Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang