54. Kecewa

43.1K 3K 558
                                    

Happy 100k readers! Terima kasih banyak! 😫❤️

Yuk jawab dulu, kalian tahu cerita ini dari mana? Jalur mandiri kah? Atau apa?

Siap untuk membaca part ini?

Happy reading ! 🌻❣️

——————————————————————

Kini Putri dan Reyhan sedang menginap di rumah orang tua Reyhan. Kemarin mereka dipaksa untuk datang ke rumah Danu karena katanya Imelda sudah sangat rindu sekali dengan pasutri muda yang satu ini. Ditambah dengan Kanaya yang terus merengek meminta bertemu dengan abangnya.

Semalam Reyhan dan Putri tidur bersama Kanaya. Gadis kecil itu menjadi pemisah antara Reyhan dan Putri. Tadinya Imelda tidak memperbolehkan, karena takut mengganggu pasutri itu. Namun, Putri memperbolehkannya membuat Imelda mau tak mau menyetujuinya, daripada Kanaya terus menangis.

Pagi ini rencananya pasutri itu ingin pergi jalan-jalan pagi, tentu saja itu atas kemauan Putri. Perempuan itu merengek pada Reyhan agar lelaki itu mau menemaninya jalan-jalan pagi. Karena risih mendengar Putri yang terus merengek akhirnya Reyhan menyetujui ajakan Putri.

Kini keduanya sedang bersiap-siap. Mereka sudah memberitahu Imelda dan juga Danu, mereka tidak mempermasalahkan, yang penting Putri tetap berhati-hati karena saat ini perempuan itu sedang mengandung.

Imelda saat ini sedang berada di kamar Reyhan untuk menjaga Kanaya. Mereka tidak diperbolehkan mengajak Kanaya lari pagi karena Imelda ingin Reyhan dan Putri bisa mempunyai waktu berdua dan menjadi tambah dekat. Sementara Danu, pria itu sedang berada di ruangannya dengan ditemani segelas kopi.

Di sisi lain, ada Putri yang sedang heboh mencari sepatunya. Perempuan itu lupa membawa sepatunya, pada akhirnya Reyhan meminjamkan sepatu maminya yang masih sangat bagus.

Setelah selesai memakai sepatu, Putri buru-buru keluar rumah untuk mengejar Reyhan yang sudah berlari meninggalkannya.

"Reyhan! Tungguin, dong!" teriak Putri berusaha mengejar Reyhan.

Lelaki itu sudah berlari terlalu jauh di depannya. Ia benar-benar tidak sanggup jika harus menyamakan langkah kakinya dengan Reyhan. Lelaki itu seolah sedang berlari sendiri, mengabaikan dirinya yang sudah ngos-ngosan. Padahal tadi malam Putri meminta untuk ditemani, kalau seperti ini jadinya sama aja ia olahraga sendiri.

"Hosh ... hoshh ... R-reyhan!" Perempuan itu berhenti. Menatap punggung Reyhan yang semakin menjauh. Tubuhnya sedikit membungkuk, telapak tangannya memegang kedua lututnya yang ditekuk.

Reyhan benar-benar menyebalkan. Mana ada suami yang tega melihat istrinya seperti ini, Reyhan doang memang. Padahal saat ini Putri sedang hamil.

Di depan sana Reyhan yang menyadari Putri tak lagi mengejarnya dan memanggilnya pun menoleh. Dapat ia lihat perempuan itu sedang menatapnya tajam. Lelaki itu berdecak kesal melihat Putri yang hanya diam saja.

"Cepet!"

"Kaki gue sakit. Ini lecet, Reyhan!" adu Putri melihat kakinya yang lecet. Memang sepatunya sudah terlalu sempit untuk Putri.

Lelaki itu menghela napas sejenak, lalu berjalan menghampiri Putri. Ia mengulurkan tangannya.

Putri mendongak dan menepis tangan Reyhan. "Gue mau pulang aja, deh," ucapnya kesal.

Reyhan menggeleng pelan. Kalau Putri ingin pulang pun percuma saja, karena mereka sudah berlari sangat jauh dari rumah orang tua Reyhan. Lelaki itu berjongkok di depan Putri. Ia menepuk pelan pundaknya.

My Cold Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang