9. Lelah

46.7K 4.4K 434
                                    

Happy reading! 🌻❣️

"Mintalah kepada tuhanmu, begitu juga aku yang selalu meminta kepada tuhanku."

——————————————————————————

Setelah kejadian di mana Putri membalas dendam kepada Eza. Kini Eza meminta pertanggung jawaban, Putri terus saja menolak mentah-mentah tetapi orang tuanya berpihak kepada Eza. Mereka bilang seperti ini.

"Kasihan Eza, Put. Kamu gak boleh kayak begitu, kamu juga kan yang buat dia seperti itu."

Terus saja mereka bilang seperti itu, yang akhirnya mau tidak mau Putri menuruti perintah Eza.

Perintahnya seperti ini.

"Lo harus jadi babu gue selama seminggu!"

"Kalo gue mau apa-apa lu gak boleh nolak!"

"Nurutin apa kata gue selama seminggu!"

Bayangkan saja perintah sangat menyebalkan. Putri jadi babu? Astaga. Dengan hati yang terus memaki Eza kini Putri tetap melakukannya.

Satu minggu bagi Putri akan terasa satu tahun lamanya. Hidupnya akan dihantui manusia tidak ada akhlak.

Seperti pagi ini, pagi di mana seharusnya Putri menghabiskan waktunya dengan tidur panjang. Tetapi kali ini harus terganggu karena Eza. Ya, saat ini Eza sedang berusaha membangunkan gadis itu padahal jam baru menunjukkan pukul 6 pagi, dan hari ini adalah hari Minggu.

Seperti saat ini Eza tak henti-hentinya mengganggu Putri dengan cara berteriak agar adiknya ini terbangun dari tidur nyenyaknya.

"WOI KEBO BANGUN!" teriak Eza kesekian kalinya, Eza berteriak sekeras itu tepat di telinganya. Sepertinya setelah ini Putri harus membawa telinganya ke rumah sakit untuk diperiksa.

Lagi-lagi Putri tak menggubris teriakan itu, ia sibuk menutupi kepalanya dengan bantal yang tersisa. Karena bantal-bantal yang berada di kasurnya kini dibuang Eza ke sembarang arah.

Keadaan kamar Putri saat ini sudah seperti kapal pecah. Bantal yang berserakan di mana-mana, kasur yang seprainya sudah tak berbentuk rapi lagi, ah intinya sudah berantakan sekali.

"PUTRI BANGUN!" Eza menarik bantal yang terakhir Putri punya. Alhasil sekarang Putri tak bisa menutupi telinganya lagi.

"Apaan sih, pagi-pagi berisik banget!" omel Putri dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Lo punya janji sama gue, kalo lo lupa," ujar Eza mengingatkan.

Putri mendengus kesal. Hari-harinya pasti tidak akan tenang. "Masih pagi."

"Ya makanya itu, sekarang lo harus beresin kamar gue!"

Sudah seperti babu bukan Putri? Nama sih Putri bagus seperti ratu eh, tapi diperlakukan seperti babu.

Putri yang mendengar itu sontak melongo. Baru saja dirinya ingin membuka suara tetapi Eza dengan cepat menyelanya.

"Cepet! Gue kasih lo waktu dua menit buat cuci muka, habis itu langsung ke kamar gue. Dan, gue gak terima penolakan!" Setelah mengatakan itu Eza pergi meninggalkan Putri yang sedang menggerutu kesal.

Putri tak punya banyak waktu, langsung saja ia berlari menuju kamar mandi lalu mencuci mukanya serta menggosok gigi. Setelahnya gadis itu segera berjalan menuju kamar Eza.

Putri tercengang melihatnya. Apakah ini benar-benar kamar abangnya? Kamarnya sudah tidak berbentuk lagi. Tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

"Cepet gue kasih lo waktu lima belas menit buat bersihin kamar gue!"

My Cold Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang