Happy reading ! 🌻❣️
"Lo baru kenal gue aja udah sok tau. Hello! Lo cuma tau nama gue bukan cerita hidup gue!"
———————————————————————
Teriakan seseorang membuatnya menjadi pusat perhatian, yang pasti suasana kantin akan semakin ricuh.
Reyhan dan ketiga temannya menghela napas lelah. Lagi-lagi harinya harus dihantui gadis-gadis alay.
"Hai, sayang," sapa Jesica dengan nada manja.
Ia berdecak kesal saat tak mendapati tanggapan. "Ck. Kamu kenapa diem aja, sih?" tanyanya sebal.
Jesica dan kedua temannya memang seringkali mengganggu mereka. Reyhan dan yang lainnya merasa sangat risih dengan kehadiran mereka. Mereka akui mereka memang tampan, tetapi tidak harus dipuja-puja seperti ini juga.
Seringkali mendapat penolakan, namun tak membuat Jesica serta kedua temannya menyerah. Mereka sangat terobsesi.
"Eza, kok ikut-ikut diem, sih?" tanya Lili, teman Jesica.
"Kamu juga, Yo, kenapa diem aja coba?" Monica ikut merengek.
Mereka paling tidak suka perempuan yang suka mengejar-ngejar seperti ini. Sangat mudah ditebak, dan tidak menantang. Lagipula dari awal mereka tidak tertarik sedikitpun.
"Kamu sariawan, Rey? Mau aku anter beli obat? Ayo, aku khawatir loh dari tadi kamu diem aja," cerocos Jesica mengecek bagian tubuh Reyhan dengan menempelkan punggung tangannya pada kening Reyhan.
Reyhan diam tak ada niatan untuk menanggapi, lelaki itu masih setia memasang wajah datarnya.
"Sayang, aku serius loh kalo kamu masih diem kayak gini aku makin khawatir." Jesica menarik-narik lengan Reyhan.
Reyhan menghempas tangan Jesica dengan kasar. "Berisik!" ketus Reyhan tajam.
"Iya, aku diem. Sekarang ayo kita beli obat," ajak Jesica tanpa peduli dengan maksud Reyhan.
"Pergi," tekan Reyhan menahan gejolak emosinya.
"Ya, iya pergi, dari tadi udah aku ajak juga."
Suasana berubah menjadi tidak nyaman.
"Jes, mending lo pergi deh, sekarang!" usir Satria membuka suaranya karena sudah tidak tahan melihat kebodohan Jesica.
Semua pasang mata menatap kearah mereka. Tetapi tidak dengan Putri serta ketiga sahabatnya, mereka masih asik sendiri tanpa peduli dengan sekitar.
"Ayo, Rey! Aku anter ke dokter." Sekeras apapun usaha Jesica tidak akan meruntuhkan tembok yang sudah Reyhan buat.
"Jes, kalo kata gue mending lo pergi sekarang," ulang Satria kesal.
"Apa, sih, Sat? Mending lo diem deh, sirik banget. Bilang aja lo iri gak ada yang manja-manja sama lo!" balas Jesica mengomel. Satria mendelik mendengar itu, padahal awalnya ia sudah berbicara dengan nada lembut agar tidak memancing keributan.
Satria begitu beruntung diantara ketiga temannya karena ia tidak diganggu oleh gadis-gadis rempong seperti Jesica.
"Heh, mak lampir! Mana mungkin gue sirik. Malahan gue bersyukur gak digodain sama lo pada!"
"Mending lo semua sekarang pergi." Rio menghempaskan tangan Monica dari lengannya. "dan, lo!" Ia menunjuk Monica, "jangan dekat-dekat gue!"
"Ishhh, Rio! Kok kamu malah ikut-ikutan, sih." Monica menatap kesal Rio, gadis itu memanyunkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Husband [COMPLETED]
Teen Fiction⚠️ TAHAP REVISI ⚠️ 15+ [ FOLLOW SEBELUM MEMBACA. ] Buruan baca sebelum sebagian part dihapus!!! Reyhan Aditama, manusia bermuka tembok, dengan sikap dinginnya yang seperti kutub Selatan. Biarpun seperti itu dirinya dikagumi oleh banyak orang. Manusi...