16. Siapa dia?

29.6K 3.1K 314
                                    

Putri sedari tadi mondar-mandir memikirkan apa yang tadi Daddy-nya katakan. Dirinya harus membawa kekasihnya ke sini, tetapi mana bisa. Mereka sudah lost contact sejak Putri mengganti nomor. Nomor yang sebelumnya sudah tidak bisa digunakan lagi, maka dari itu Putri memutuskan untuk menggantinya saja.

Perempuan itu sudah membuang banyak air matanya. Dirinya sudah putus asa. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore yang artinya sedikit lagi hari akan berganti menjadi malam. Dan, nanti malam akan menjadi malam terburuk baginya.

Selepas bertengkar dengan Robi tadi, Putri menutup rapat kamarnya. Gadis itu tidak keluar sama sekali, bahkan sampai sekarang.

Dirinya masih shock, tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya nanti. Putri tidak mau masa-masa remajanya akan berakhir sebelum waktunya.

Putri tidak mau menceritakan hal ini kepada siapapun, termasuk sahabatnya. Ia tidak mau kalau sampai sahabatnya tau hal ini. Dirinya saja masih belum siap menerima kenyataan.

Lagi-lagi Putri kembali menangis. Ia tidak mau dijodohkan, dirinya tidak mencintai laki-laki itu, yang entah siapa orangnya Putri tidak mau. Ia hanya menginginkan kekasihnya.

Tetapi, sialnya kekasihnya itu sudah tidak ada kabar lagi, salah Putri juga kalau dipikir-pikir. Ah, memikirkan hal itu rasanya membuat Putri semakin gila.

"Kamu ke mana, sih?" tanya Putri frustasi dengan menatap layar ponselnya yang menampilkan foto dirinya bersama kekasihnya.

***

Sekarang Reyhan dengan kedua temannya —Rio dan Satria— sedang berada di tempat biasa mereka berkumpul. Kali ini Eza tidak ikut dengan mereka dikarenakan lelaki itu sedang malas ke mana-mana. Katanya, lelaki itu ingin menghabiskan waktunya di rumah saja.

"Eh-eh, liat noh! Cantik banget, anjir!" pekik Satria heboh saat melihat ada seorang perempuan cantik yang baru saja memasuki cafe.

"Wah, iya anjir! Seksi banget, astagfirullah," sahut Rio yang ikut terpesona sambil ber-istighfar.

"Mau gue jadiin pacar, nih, liat aja!" celetuk Satria dengan percaya dirinya.

Cewek itu belum menampakkan seluruh wajahnya, Satria dan Rio hanya melihat dari arah samping saja. Karena mereka yakin cewek itu pasti sangat cantik.

"Sono, kalo bisa! Paling belum apa-apa lo udah di tolak mentah-mentah!" ledek Rio tertawa pelan.

"Dih! Jangan ngeremehin babang Satria!"

"Rey! Coba lo tembak, Rey! Mau gak dia sama lo!"

Reyhan yang diajak berbicara hanya menatap teman-temannya itu dengan wajah datarnya.

"Ntar anak orang mati," jawab Reyhan tenang. Jawabannya berhasil membuat kedua temannya itu mendengus kesal. Reyhan ini terlalu menyebalkan, diajak berbicara seperti ini saja membuat temannya kesal.

"Bukan itu maksud gue! Maksudnya itu, lo jadiin tuh cewek pacar lo, pasti dia mau sama lo, sebelum diambil sama si Satria," jelas Rio yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Satria.

"Kurang ajar! Nikung temen sendiri, asu!"

"Sebelum janur kuning melengkung itu mah boleh-boleh aja kali."

Reyhan mengabaikan mereka, dirinya kembali memetik gitar yang sedang dia pegang. Rio menghela nafas berat, sungguh berbicara dengan Reyhan hanya akan membuat Rio darah tinggi.

My Cold Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang