Setelah selesai dengan urusan perutnya, Putri langsung beranjak dari tempatnya kemudian segera berjalan pergi ke rumahnya untuk memberikan Eza sedikit pelajaran agar tidak lagi usil padanya.
Berlari kecil untuk segera sampai ke rumahnya itu tidak membutuhkan waktu lama. Tetapi cukup membuat napas Putri tersengal akibat terlalu lelah berjalan."Assalamualaikum!"
"Waalaikumussalam," jawab seseorang yang suaranya berasal dari dapur.
Putri menghampiri Lina yang sedang memasak untuk makan siang nanti dengan dibantu oleh seorang asisten rumah tangga.
"Kenapa mukanya kusut banget? Kayak cucian yang belum digosok aja," celetuk Lina melirik sekilas anaknya.
"Bete aku. Eza mana?" tanyanya sudah tidak sabar.
"Abang. Jangan dibiasain manggil Eza gitu aja, dia abang kamu," tegur Lina kesekian kalinya.
Putri memutar bola matanya malas. "Iya, iya. Di mana abang Eza kesayangan aku itu, Mom?" ulang Putri dengan menekan kata 'abang'.
"Di kamar. Lagi main PS kayaknya tadi." Setelah itu Lina kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda akibat anak gadisnya.
"Oh, oke. Aku ke kamar dulu, nanti aku ke sini lagi ya, Mom, bye!"
Meski heran mendengar anaknya berbicara seperti itu, ia tidak mau ambil pusing. Sebab jarang sekali Putri mau turun ke bawah sebelum ia panggil.
****
Merasa sangat lelah akibat olahraga berlari mengelilingi komplek perumahannya, Putri langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur kesayangannya.
Hufttt. Gadis itu menghela napas panjang seolah sedang membuang beban hidupnya.
Sebenarnya niatnya ingin langsung tidur kembali, tetapi ada hal yang harus ia lakukan agar dirinya bisa merasa puas.
Tidak ingin ketiduran, ia segera membangunkan setan malasnya untuk segera pergi ke kamar mandi sekedar bersih-bersih agar tubuhnya bisa segar kembali. Hanya membutuhkan waktu lima belas menit kini gadis itu sudah rapi dengan pakaian santainya yang sangat pas di tubuh mungilnya.
Tidak langsung turun ke bawah untuk membantu Lina, langkah gadis itu membawanya ke arah kamar yang terletak di samping kamarnya, pemilik kamar itu adalah kamar Eza, abangnya.
Tanpa perlu repot-repot mengetuk pintu kamar itu, ia langsung berjalan masuk kemudian merebahkan tubuhnya begitu saja di kasur abangnya. Hal itu tidak disadari oleh Eza, karena lelaki itu terlalu fokus pada permainan di ponselnya.
"Woi!"
"Anjing! Gila lo ngagetin aja. Ngapain, sih, ke sini ganggu aja!" omel Eza yang sudah sangat kesal, akibat ulah adiknya ia jadi mati diserang oleh musuhnya.
"Bang," panggil Putri bersiap memulai dramanya.
"Ngapa?" Eza memicingkan matanya, menatap Putri penuh kecurigaan. Bisa ia tebak bahwa ada sesuatu sehingga Putri rela memanggilnya dengan embel-embel abang.
"Bang, lo tau gak, sih? Tadi pas gue lagi di taman masa ada temen lo yang nyamperin gue," ucap Putri mulai memancing Eza agar jujur dengan sendirinya.
"Hah? Temen gue? Siapa, dah?" lelaki itu mengumpat dalam hati, mengapa bisa Putri mulai curiga akan perbuatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Husband [COMPLETED]
Teen Fiction⚠️ TAHAP REVISI ⚠️ 15+ [ FOLLOW SEBELUM MEMBACA. ] Buruan baca sebelum sebagian part dihapus!!! Reyhan Aditama, manusia bermuka tembok, dengan sikap dinginnya yang seperti kutub Selatan. Biarpun seperti itu dirinya dikagumi oleh banyak orang. Manusi...