Gadis itu meringkuk di atas ranjang. Memeluk lututnya sendiri dengan sekujur tubuhnya yang menggigil ketakutan, yang terasa lemah, tak berdaya. Sudah tiga hari berlalu sejak kejadian hari itu. Sudah tiga hari itu pula, tidak pernah ia lihat cahaya matahari secara langsung. Hampir selama itu, ia hanya melihat pemandangan serba hitam. Dinding yang hitam, lantai yang hitam, langit-langit hitam, perabot hingga nyaris segala macam barang yang juga berwarna hitam.
Ia sendiri tidak tau dimana ia berada saat ini. Saat itu, dirinya sudah tidak sadarkan diri. Dan ketika terbangun, ia sudah ada disini. Di tempat ini. Terbaring lemah di atas ranjang. Dengan seluruh ingatan mengerikan.
Asta meletakkan setumpuk baju di nakas dekat ranjang tanpa mengatakan apa-apa. Lengkap dengan pakaian dalamnya yang entah darimana ia tau ukurannya, tetapi terasa pas di tubuh Licia.
Dengan berat hati, Licia terpaksa mengikuti kemauan Asta. Licia tidak mempunyai tenaga untuk menolak permintaan Asta. Pernah, di hari pertama Licia terbangun dan dikurung di ruangan itu, Licia menolak untuk mandi dan ganti baju. Lalu yang terjadi? Asta menyeret Licia ke kamar mandi dan segera mengguyur Licia menggunakan shower hingga sekujur tubuhnya basah kuyup. Setelah itu, Licia tidak berani lagi menolak permintaan Asta untuk mandi.
Sambil mengguyur badannya di kamar mandi, Licia menangis. Entah tangisan yang keberapa kalinya, Licia sampai lupa. Licia menangisi nasibnya yang berakhir di tempat ini. Sangat tidak pernah ia pikirkan hal seburuk ini akan terjadi menimpa dirinya. Sengaja ditabrak, diculik dan dikurung di entah ruangan apa ini. Memang ruangan tempat dirinya dikurung ini terbilang layak. Sangat layak malah dengan fasilitas sekelas hotel bintang 5. Ruangan kamar yang luas dan mewah, dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet. Yang paling membuat Licia keheranan adalah adanya tiang, slang serta botol infus di samping ranjangnya.
Saat Licia terbangun paska pingsan, Licia mendapati dirinya sudah terbaring dengan satu lengannya yang terpasang infus. Ketika bertanya pada Asta sudah berapa lama dirinya tak sadarkan diri, Asta bilang sudah 1 hari 1 malam. Dan selama itulah, dirinya di-dopping dengan infus untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tubuhnya agar tetap stabil.
Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit mandi dan menangis di kamar mandi, Licia kembali ke kamar itu dengan baju yang sudah diganti. Di dalam kamar itu, ada Asta yang baru saja berbicara dengan seseorang di telepon. Licia tebak, itu pasti telepon dari mama yang menanyakan keadaannya. Andai saja ponsel Licia tidak Asta sita, sudah pasti Licia akan mengatakan keadaan yang sebenarnya, bahwa dirinya tidak baik-baik saja bersama Asta seperti yang Asta katakan pada mama agar mama tidak khawatir. Sayangnya, mama Licia tampaknya percaya-percaya saja dengan semua yang Asta katakan.
Setelah menutup teleponnya, Asta menunjuk nampan berisi makanan yang tadi ia letakkan di meja. Tentu saja maksudnya adalah untuk menyuruh Licia makan. Tanpa menunggu reaksi apapun dari Licia, cowok itu pergi begitu saja. Sangat tidak biasa Asta seperti ini. Padahal kemarin-kemarin, Asta selalu memastikan dengan matanya sendiri Licia untuk makan dan menghabiskan makanannya.
Kalau saja ada jalan keluar dari kamar ini, atau celah sedikit saja, sudah pasti akan Licia manfaatkan! Sayangnya semuanya tidak mungkin! Desain kamar ini terlalu sempurna. Bahkan seekor cicak saja akan susah keluar jika sudah terperangkap di dalamnya!
*
Rupanya benar ada tamu di luar rumahnya. Asta melihatnya dari layar monitor di dalam rumahnya. Tamunya kali ini lagi-lagi adalah teman-temannya. Lengkap berempat. Sayangnya, hingga detik ini, Asta masih tidak ingin bertemu dengan mereka. Asta masih ingin sendiri. Asta masih ingin bersembunyi sejenak dari mereka di rumahnya sendiri.
"Masih nggak ada orang gue rasa." Oscar meluruhkan kedua bahunya.
Lanang berdecak. Kesal. Khawatir. Semua jadi satu. Lanang kesal karena kenapa Asta bisa sampai senekat ini, menyekap anak orang di tempat yang entah dimana. Ia juga khawatir kalau-kalau Asta sampai bertindak lebih dari ini. Memperkosa atau parahnya membunuh Licia. Bukankah itu gawat!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTAIR
Teen Fiction(COMPLETE) Dia adalah seorang pemuda yang mendekati sempurna secara fisik, namun minus secara akal. Dia tampan, tetapi arogan. Dia tinggi, tetapi suka semaunya sendiri. Dia memiliki tubuh yang wangi, tetapi egonya tak tertandingi. Dia berasal dari k...