IV

6K 214 8
                                    

Licia menelungkupkan badannya hingga pipi kirinya menempel di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Licia menelungkupkan badannya hingga pipi kirinya menempel di atas meja. Saat ini sedang berlangsung jam istirahat. Tidak seperti yang biasanya ia habiskan bersama Asta, kali ini ia bisa bernafas sedikit lebih lega untuk sesaat karena pacarnya sedang menjalani hukuman lantaran ketahuan merokok di kelas. Sudah biasa sih, Asta sering ketahuan merokok karena memang Asta tidak akan memandang tempat jika ingin merokok. Di depan kepala sekolah saja ia pernah.

Di saat seperti inilah Licia sadar bahwa ia benar-benar sendiri. Tak ada siapapun di sisinya. Licia telah kehilangan orang-orang terdekat yang ia sebut sebagai teman. Dan itu dikarenakan satu orang yang menguasai hidupnya. Asta.

Andai saja Licia mempunyai sedikit kekuatan dan keberanian untuk menentang dan melawan Asta, tentu Licia akan melakukannya. Namun sayang, di hadapan pacarnya, Licia sama sekali tidak bisa berkutik. Licia tak berdaya.

Licia menutup kedua matanya. Membayangkan apa yang pernah terjadi. Yang dulu mungkin membuat Licia merasa menjadi gadis paling beruntung sedunia, namun sekarang Licia menyesalinya. Andai saja dulu tidak mengiyakan, andai saja dulu Licia menolak, mungkin hidup Licia tidak akan semenderita ini. Mungkin Licia akan merasakan hidup yang bahagia.

Ah, lupa. Orang itu kan Asta. Alastair yang nggak bisa tertolak.

Licia kembali membuka matanya seraya ia tegakkan punggungnya. Gadis itu berjalan mendekati jendela kelasnya yang berada di lantai 2. Dari sana, ia memperhatikan lapangan yang cukup ramai dengan siswa-siswa yang berlalu lalang. Siswa-siswa itu tidak sendiri. Mereka berkelompok. Ada yang sambil becanda dan ada pula yang sekedar berjalan sambil ngobrol normal.

Dari sekian banyak siswa yang ia lihat, matanya terhenti pada 3 orang siswa yang sedang berjalan bersama sambil tertawa. Salah satu dari tiga siswa itu ada yang merupakan teman Asta, Oscar. Sedangkan dua siswa lainnya adalah siswa dari kelas 12 IPA 4 yang Licia tau bernama Rion dan Kaia. Licia tau itu Rion karena Rion adalah pacar Oscar. Sedangkan Licia tau itu Kaia karena cewek itu adalah mantan manager tim basket cowok dimana Asta bergabung di dalamnya.

Ketika dulu masih baru menjadi pacar Asta dan Asta belum menunjukkan sifat aslinya yang seperti sekarang ini, Licia pernah sekali mengintip bagaimana anak-anak cowok yang tergabung dalam tim basket berlatih. Sebagai pacar orang nomor satu di sekolah, Licia selalu dilarang untuk menonton atau menunggu Asta ketika berlatih. Karena itulah, Licia yang sangat penasaran, memutuskan untuk diam-diam melihatnya.

Yang pertama kali terlintas di otak Licia saat itu adalah ngeri. Bagaimana tidak, tubuh anak-anak basket itu tinggi dan besar. Apalagi pemain bernomor 9 yang bernama Firhan, konon tingginya 193 cm. Selain itu, anak-anak basket juga ternyata gemar menggoda cewek. Licia melihat sendiri bagaimana cowok-cowok itu menggoda Mera dan gerombolannya yang sengaja menonton mereka berlatih di tribun penonton lapangan basket indoor SMA Soebroto. Tentu saja kecuali Asta dan Lanang. Licia sampe risi sendiri membayangkan dirinya yang berada di posisi Mera.

ALASTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang