"Kai, please!" rajuk Rion dengan wajah memelas. Rion benar-benar memohon pada Kaia dengan amat sangat agar Kaia bersedia menemaninya pergi ke kelas 12 IPA 2 karena disuruh untuk mengambil buku milik Bu Siwa yang tertinggal di sana, lalu diletakkan di meja kantor beliau. Beruntung sekali karena yang ditemui Bu Siwa tadi yang terlihat buru-buru adalah Rion, sehingga Rion berkesempatan untuk melakukan tugas mulia itu.
"Nggak mauuuu! Gue laper, mau ke kantin aja. Mau makan." Kaia berusaha menarik lengan yang sedari tadi Rion pegangi.
"Kaia, temenin duluuu!" Rion kembali merajuk. Setelah lepas dari lengan Kaia, Rion berusaha meraihnya lagi.
"Ri, please! Mandiri dikit, jangan apa-apa minta gue temenin."
"That's what friends are supposed to do, Kai."
"Ya nggak gini juga, Riona Fawna Halim!! Cacing-cacing di perut udah pada disko nih." gemas Kaia karena Rion terus menempel padanya.
"Ka—"
"Oi!" perkataan Rion terpotong otomatis begitu Ilo lewat di koridor tempat Kaia dan Rion sedang berada. Menyadari keberadaan Ilo, Rion langsung diam seribu bahasa.
"Nah, udah, lo sama Ilo aja. Ilo kan kelas 12 IPA 2." Cetus Kaia.
"Ada apaan?" tahan Ilo tidak mengerti dengan masalah yang dihadapi kedua gadis itu.
"Bu Siwa nyuruh Rion ngambil buku apalah gitu yang ketinggalan di kelas lo. Tapi dia minta ditemenin. Padahal gue udah laper sampe mo pingsan." Jelas Kaia sambil melirik Rion.
"Ya udah, tinggal ambil." Ilo mengedikkan dagunya ke arah kelasnya yang hanya selang 1 ruang kelas dari kelas Kaia dan Rion.
Rion terdiam. Tampak ragu dan bimbang.
"Asta nggak ada kok." Lanjut Ilo seolah tau apa yang berkecamuk di kepala Rion. Benar, Oscar pernah sekali cerita padanya kalau Rion ini takut sekali dengan yang namanya Asta. Sedangkan pada teman-teman Oscar yang lain, Rion merasa sungkan, kikuk. Intinya, semua teman-teman Oscar membuatnya tidak merasa nyaman.
"Tuh." Kaia menepuk lengan Rion.
Dengan pasrah dan berat hati, Rion terpaksa merelakan dirinya seorang saja untuk pergi ke kelas 12 IPA 2. "Ya udah."
"Gue tunggu di kantin ya!" ujar Kaia sambil tersenyum lebar.
"Yuk." Ajak Ilo tiba-tiba.
"Apa?" tanya Kaia bingung.
"Lo bilang mau ke kantin kan? Gue juga."
Untuk sejenak, Rion yang sudah sampai di pintu kelas 12 IPA 2 menghentikan langkahnya hanya untuk memperhatikan Kaia dan Ilo yang berjalan beriringan dan berbeda arah dengannya. Rion memperhatikan dengan cermat, bagaimana sahabatnya itu bisa berinteraksi sesantai itu dengan teman-teman Oscar yang menurutnya adalah orang-orang yang sulit didekati dan terlihat menakutkan.
Kaia yang bersahabat dengannya juga akrab dengan Oscar yang adalah pacarnya. Kaia juga beberapa kali sering terlibat adu mulut dengan Rich. Sedangkan dengan Ilo, meski tidak sesering interaksi Kaia dengan Oscar, namun Rion tau kalau Kaia cukup akrab dengan cowok imut dan cuek itu karena di kelas 10 mereka berada dalam kelas yang sama. Lalu untuk Lanang dan Asta, Kaia sering berinteraksi dengan mereka karena ada dalam klub yang sama.
Kadang Rion iri pada Kaia dengan sifatnya yang mudah bergaul seperti itu sehingga tak heran jika teman Kaia lebih banyak dari dirinya dan Kaia lebih dikenal banyak orang daripada dirinya yang merupakan pacar Oscar.
☆☆
"Ngapain lo bawa anak kecil kesini?" itu adalah teguran yang pertama kali terdengar, yang keluar dari mulut seorang Rich. Tentu itu ditujukan untuk Ilo yang datang ke kantin bersama dengan Kaia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTAIR
Teen Fiction(COMPLETE) Dia adalah seorang pemuda yang mendekati sempurna secara fisik, namun minus secara akal. Dia tampan, tetapi arogan. Dia tinggi, tetapi suka semaunya sendiri. Dia memiliki tubuh yang wangi, tetapi egonya tak tertandingi. Dia berasal dari k...