XL

1.5K 73 5
                                    

Istirahat kali ini, Ilo tidak berkumpul bersama dengan teman-temannya. Ia bertahan di luar kelas, bersandar pada dinding yang menghadap ke lapangan sembari memperhatikan ramainya lapangan ketika jam yang paling didambakan anak-anak tiba. Sampai kemudian indra penglihatnya menangkap seorang objek. Ia membungkukkan punggungnya lalu menyangga dagu menggunakan telapak tangannya. Ia tau, objek itu pasti akan menyita banyak waktu untuk untuk ia perhatikan.

Objek itu adalah seorang gadis bertubuh pendek yang jarang sekali terlihat sedih atau bahkan memang tidak pernah. Ia memang tidak terlalu hiperaktif, tidak terlalu cerah ceria seperti tokoh-tokoh komik shoujo kebanyakan. Tetapi tampilannya yang selalu terlihat baik-baik saja seperti tidak pernah punya beban hidup itu kadang banyak membuat orang lain iri sekaligus kagum.

"Ternyata masih disini." Celetukan itu membuat Ilo menoleh tanpa mengubah posisi tangannya yang menyangga dagunya. Rupanya itu Asta yang baru saja kembali dari kantin.

Tanpa bicara apa-apa, Ilo kembali memperhatikan gadis bertubuh pendek yang sedang mengobrol dan bercanda dengan teman-temannya.

Asta yang berdiri di samping Ilo, jadi ikut memperhatikan apa yang Ilo perhatikan.

"Kayaknya gue suka sama Kaia." Aku Ilo membuat Asta menoleh cepat padanya.

*

Di sisi lain, tepatnya di bangunan barat, hal serupa juga tengah Faolan lakukan. Memperhatikan Kaia yang sedang mengobrol sambil bercanda dengan teman-teman ceweknya. Faolan juga tidak sendiri. Ia bersama dengan Ian. Sedangkan Ben entah kemana, mereka tidak tau.

Di mata Faolan, penggambaran sosok Kaia sedikit berbeda dengan penggambaran Ilo. Bagi Faolan, sosok Kaia adalah sosok yang sangat cerah, yang bahkan saking cerahnya membuatnya silau. Kaia sosok tangguh dan kuat dalam menghadapi situasi apapun. Kaia adalah sosok yang manis untuknya, apalagi saat cewek itu mengenakan gaun pada saat prom waktu itu. Hingga detik ini, setiap kali hendak tidur, Faolan tak ada bosannya memandangi foto Kaia saat itu yang ia ambil secara diam-diam.

"Ck, tepos gitu apa enaknya sih?"

"Gue nggak butuh pendapat lo."

Bel masuk berbunyi. Para siswa yang meramaikan lapangan bergegas kembali ke kelas masing-masing. Termasuk Faolan yang ikut bergegas meninggalkan Ian untuk mengejar dan menyamai langkah Kaia.

"Muncul dari mana lo?" tegur Kaia heran begitu Faolan tiba di sampingnya.

"Jatuh dari langit." ujar Faolan sambil tersenyum.

"Untung jatohnya kaki dulu. Coba kalo kepala duluan." Menanggapi ocehan Kaia, Faolan hanya bisa tersenyum.

Rion yang berada di antara mereka juga ikut tersenyum. Namun bukan senyum yang sama dengan Faolan. Rion tersenyum penuh makna.

Pelajaran Bahasa Indonesia segera menghadang Kaia, Rion, Faolan dan siswa kelas 12 IPA 4 yang lain tak lama begitu mereka tiba di kelas. Pada pelajaran kali ini, Pak Dhani selaku guru pengajar memberikan tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok dengan jumlah 3 orang per kelompok. Semula, Kaia sudah siap memanggil Tio untuk bergabung di kelompoknya bersama dengan Rion pastinya. Namun ia kalah cepat dengan Rion yang sudah lebih dulu menggaet Faolan. Finalnya, anggota kelompok nomor 3 itupun diisi oleh Kaia, Rion dan Faolan.

Meskipun Kaia tidak pintar-pintar amat,namun berada dalam satu kelompok dengan Kaia bukan merupakan pilihan yang salah. Kaia tipikal orang yang paling rajin bekerja jika berada dalam suatu kelompok. Biasanya, Kaia akan menyumbang kontribusi yang lebih besar dibanding dengan anggota lainnya. Bukan karena Kaia yang sok mengatur atau merasa pendapat dirinya yang paling bagus, hal itu murni karena teman-teman sekelompok mereka menilai memang dibanding pendapat yang lain, seringkali pendapat Kaia inilah yang paling benar. Seperti kelompok sekarang ini. Kalau Rion yang sudah sering jadi rekan sekelompok Kaia sih sudah mempercayakan semuanya pada Kaia. Rion cukup menerima beresnya saja.

ALASTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang