Perasaan Asta hari ini tak kunjung membaik. Setelah salah mengira Licia adalah Kaia, pikirannya makin kacau. Biasanya, di saat seperti ini akan selalu ada sosok support system yang mampu menenangkannya. Tapi bagaimana jika sumber yang membuat pikirannya kacau adalah support system itu sendiri? Asta benar-benar buntu. Tidak tau apa yang harus dilakukan.
"Kemana aja lo kemaren?" tegur Ilo menghampiri Asta yang sedang berada di luar kelasnya.
Asta hanya melirik sekilas pada Ilo tanpa menjawab pertanyaannya.
Sebelum Ilo kembali bersuara, keduanya terlebih dulu melihat Kaia yang baru saja keluar dari kelasnya. Tampak Kaia keluar bersama dengan teman-teman sekelasnya dengan senyum yang tidak selepas biasanya. Terlihat jelas itu senyum yang sedikit dipaksakan. Karena keberadaan Kaia bersama teman-temannya ini, Kaia jadi tidak sadar kalau di depan kelas yang diselingi satu ruang kelas, terdapat dua cowok yang sedang memperhatikannya dengan lekat hingga Kaia tidak terlihat lagi, terbawa oleh rombongan teman-teman sekelasnya.
"Lo nggak ada niat mau nyudahin perang dingin lo sama Kaia?" Ilo kembali bertanya setelah Kaia dan teman-temannya sudah pergi.
Bukannya menjawab pertanyaan Ilo, Asta malah menyalakan rokoknya.
Ilo hanya menghembuskan nafasnya pelan melihat Asta yang sepertinya malas membahas masalahnya dengan Kaia. "Kalo lo begini terus, gue bakal ambil Kaia. Gue serius." Lanjut Ilo sambil memperhatikan Asta.
Gerakan Asta menyulut rokoknya terhenti seketika begitu mendengar pernyataan Ilo. Kali ini bahkan Asta sampai menoleh pada Ilo. Memperhatikan Ilo yang masih menunggu reaksi dan perkataannya. "Hm." Asta hanya menggumam ambigu sambil kembali melanjutkan pekerjaan menyulut rokoknya.
Membuat Ilo jadi jengkel.
*
Bel menggema memenuhi setiap sudut area SMA Soebroto, menandai berakhirnya pelajaran pada hari ini. Para siswa berhamburan keluar dari kelasn masing-masing, bersiap untuk pulang atau pergi mampir entah kemana. Yang jelas, inilah waktu yang sudah mereka tunggu sejak tadi. Mungkin sejak tadi pagi, ketika mereka baru sampai di sekolah.
Dengan dibukanya pintu gerbang SMA Soebroto, para siswa yang membawa kendaraan pribadi jadi bisa meninggalkan pelataran sekolah. Ini juga sekaligus membuka akses bagi orang yang semula berada di luar sekolah untuk bisa masuk ke dalam area SMA Soebroto.
Hal itulah yang telah dilakukan oleh Alta. Sudah 30 menit ia menunggu saat ini, menunggu saat SMA Soebroto menyudahi pelajaran hari ini serta menunggu pintu gerbang SMA Soebroto terbuka agar dirinya bisa masuk. Untuk tubuhnya yang tidak sebesar anak-anak SMA, keberadaan dirinya jelas tidak disadari oleh orang-orang di sekitarnya. Terlebih saat pulang begini, yang ada di pikiran para siswa hanya ingin segera cabut. Itu saja.
Hal yang menguntungkan baginya, tetapi juga memberikan kerugian padanya. Karena tanpa sengaja, tubuhnya ditabrak oleh seorang siswa berperawakan besar. Tubuh Alta yang lebih kecil terpental lalu terjatuh, membuat seragamnya kotor karena debu sekaligus lecet di telapak tangannya yang sempat bergesekan dengan aspal.
"Eh, kok ada anak yang pake seragam beda disini?" seorang cewek me-notice keberadaan Alta yang masih merintih pada posisi jatuhnya. Cewek itu mencolek temannya yang berada di depannya.
Alta langsung terkesiap. Padahal ia sudah mengenakan hodie untuk menutupi tubuhnya, tetapi ya warna celananya saja sudah beda dengan warna celana seragam cowok di SMA Soebroto. Jadi pasti tetap masih bisa dikenali. Sebelum makin banyak yang menyadari keberadaannya, Alta langsung berdiri lalu berlari secepatnya.
Alta baru berhenti berlari ketika ia tiba di tempat yang tidak ia tau. Namanya juga bukan sekolahnya, jadi mana ia tau tempat apa itu. Yang jelas, tempat itu lumayan sepi. Tidak seramai tempat tadi ia terjatuh. Setelah memastikan kondisi di sekitarnya cukup aman, Alta kembali bergerak. Namun baru satu langkah, mendadak dia terhuyung. Kalau saja tangannya tidak lebih cepat menggapai dinding untuk bertumpu, sudah dipastikan Alta akan terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTAIR
Teen Fiction(COMPLETE) Dia adalah seorang pemuda yang mendekati sempurna secara fisik, namun minus secara akal. Dia tampan, tetapi arogan. Dia tinggi, tetapi suka semaunya sendiri. Dia memiliki tubuh yang wangi, tetapi egonya tak tertandingi. Dia berasal dari k...