Asta, Lanang, Ilo dan Rich baru pulang dari rumah sakit ketika jam menunjukkan pukul 3 subuh. Karena pada pukul setengah 3 dini hari, Oscar baru keluar dari ruang ICU dan baru dipindah ke ruang inap. Rupanya Oscar sempat mengalami masa kritis karena banyak mengeluarkan darah akibat benturan di kepalanya. Untungnya, Oscar berhasil melewati masa kritis itu. Hal itulah yang akhirnya mampu mengusir keempat remaja itu dari rumah sakit.
Bukan pulang ke rumah masing-masing, mereka berempat kembali ke basecamp. Memanfaatkan sisa waktu sebelum mereka harus kembali ke sekolah beberapa jam setelahnya.
Dari keempat cowok itu, yang pertama bangun tentu Lanang. Lanang ini adalah orang nomor dua yang paling rajin setelah Oscar. Ia selalu rajin bangun pagi untuk berolah raga. Setelah rutinitasnya sudah ia lakukan, ia membangunkan ketiga temannya yang tidur secara berantakan di karpet tebal depan TV sedangkan Lanang satu-satunya yang tidur di ranjang.
Tendangan pelan Lanang di lengan Rich tak cukup untuk membuatnya terbangun. Malah Rich mengulet seperti ulat berguling ke kiri dan hinggap merapat di tubuh Ilo. "Cyril... I love you... Hehe..." sepertinya cowok itu sedang memimpikan Cyrilla, adik Ilo sekaligus cewek yang sudah cukup lama Rich taksir tetapi Cyrilla malah naksir Asta. Mungkin dalam mimpinya, Rich sedang memeluk Cyrilla. Namun sayang yang sedang ia peluk sekarang bukan Cyrila, tetapi kakaknya yang segera terbangun dan serta merta menendang wajah Rich saking jijiknya. Tetapi sepertinya yang ditendang tidak merasa sakit sama sekali. Buktinya masih bisa tertidur sambil cengar-cengir.
Menyerah membangunkan Rich, Lanang beralih membangunkan Asta dengan cara yang sama. Bedanya, yang ditendang olehnya saat ini adalah kaki Asta. Sama seperti Rich, bukannya Asta bangun, Asta malah mencari-cari bantal untuk menutupi wajahnya sambil menggerutu tidak jelas.
"Udah lah, biarin aja." Ujar Ilo bergegas ke kamar mandi.
Karena kedisiplinan mereka, Lanang dan Ilo berhasil sampai di sekolah tepat waktu. Sedangkan Asta dan Rich baru terlihat di sekolah beberapa jam selanjutnya, tepatnya ketika istirahat pertama tiba. Kalau Rich sih langsung ngacir ke kantin, lapar. Soalnya tadi ia tidak sempat makan apapun karena makanan di basecamp sudah sengaja Ilo habiskan agar Rich dan Asta kelaparan.
Sedangkan Asta memutuskan untuk langsung ke kelasnya saja. Hendak melanjutkan tidurnya karena Asta masih merasa mengantuk.
"Kemaren malem sebenernya lo ngilang kemana, Ben?" tanya Ian.
Ben terkekeh mendengar pertanyaan Ian, "Gue habis main. Ya, lawan gue pasif sih karena emang gue bikin tidur. But it's okay, gue masih bisa menikmatinya."
"Yah, bisa nikmat gimana? Lo nggak bisa denger desahannya dong!"
Lagi-lagi Ben terkekeh, "Gue bilang, it's okay. Karena ini cewek spesial."
Ian segera menatap Faolan yang malah membuang muka. Faolan paling tidak suka mendengar cerita-cerita Ben yang memang yah, bukan sekali ini tidur dengan cewek, tapi sudah berkali-kali. Salah satu cewek yang pernah menjadi teman tidurnya adalah Mera.
"Emang siapa?" tanya Ian.
"Licia."
Barulah Faolan menoleh cepat padanya. Faolan terkejut bukan main, sama halnya Ian. Ben menyeringai. Sangat menikmati wajah terkejut kedua temannya.
"Wah, brengsek lo, Ben! Belum lama pacaran udah dapet bagian enaknya! Gimana rasanya dapet bekasnya Asta?" dengan senyum menjijikkan, Ian bertanya penuh antusias.
Yang ditanya berlagak mikir, "Mmm, gue rasa itu pertama kalinya buat Cia."
"Nggak mungkin Asta nggak pernah main sama Cia. Rugi banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTAIR
Teen Fiction(COMPLETE) Dia adalah seorang pemuda yang mendekati sempurna secara fisik, namun minus secara akal. Dia tampan, tetapi arogan. Dia tinggi, tetapi suka semaunya sendiri. Dia memiliki tubuh yang wangi, tetapi egonya tak tertandingi. Dia berasal dari k...