"Lo telat 5 menit." Itu yang pertama kali Asta katakan untuk mengawali hari ini.
"Maaf." sahut Licia sambil memperbaiki posisi duduknya. Membuat dirinya nyaman di dalam mobil sang pacar.
"Kenapa telat?" Mata tajam Asta segera menghujam kedua mata Licia.
"Gue... bangun kesiangan."
"Lo tidur jam berapa?" kejar Asta.
"Jam 9, persis setelah lo selese telepon." Sudah menjadi rutinitas Asta yakni menyuruh Licia tidur di jam 9 malam. Kalaupun ia sedang chatting atau telepon dengan Licia, Asta pasti akan menyudahi jika jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Asta ingin kualitas tidur Licia tetap terjaga dengan menyuruhnya tidur lebih awal.
Asta berdecak. Asta itu termasuk orang yang disiplin soal waktu. Jarang sekali ia terlambat jika sudah berjanji akan datang jam berapa. Tanpa bertanya apapun lagi, Asta mulai menjalankan mobilnya.
Sudah sekitar 7 menit perjalanan sejak meninggalkan rumah Licia, namun masih tidak ada satupun kalimat yang keluar dari mulut Asta maupun Licia. Kedua remaja itu sama-sama diam dan hanyut dalam pikiran masing-masing. Hingga detik berikutnya, Licia menguap.
Asta segera melirik pacarnya, "Lo beneran tidur jam 9?"
"I-iya kok. Gue tidur jam 9." jawaban Licia terdengar sedikit gugup karena Licia sedang berbohong. Sebetulnya setelah berpamitan pada Asta akan tidur jam 9 tadi malam, Licia lanjut chatting dengan Marvin menggunakan ponselnya yang lain. Karena terlalu asyik membicarakan banyak hal, sampai tidak sadar waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Jadilah Licia hanya tidur sebentar dan akhirnya mengantuk sekarang.
"Terus? Kenapa masih ngantuk?" lanjut Asta seperti sedang menginterogasi.
"Gue juga nggak tau, Ta." Kelit Licia pura-pura bodoh.
Secara tiba-tiba Asta mengencangkan laju mobilnya sampai Licia kaget. Seolah masih kurang, Asta juga tiba-tiba menghentikan mobilnya tepat di depan minimarket. Tanpa bicara apapun pada Licia, Asta segera keluar dari mobilnya. Tak lama kemudian, Asta kembali ke mobilnya dengan satu kaleng kopi dingin yang langsung dia berikan pada Licia. Licia menerimanya dengan kerutan di dahinya. "Makasih."
*
Kehebohan segera menyambut kedatangan sepasang kekasih itu begitu mereka tiba di sekolah. Awalnya Licia heran, kehebohan apa yang terjadi di sekolahnya sepagi ini. Namun beberapa saat kemudian, ia segera tau. Rupanya ada pengumuman yang dipajang di papan pengumuman utama kalau sekolah akan mengadakan prom night.
Sebagai seorang yang menyandang status pacar cowok nomor satu di sekolah, normalnya Licia pasti senang dengan acara prom. Karena di saat seperti itulah, ia bisa menunjukkan betapa beruntung dirinya lahir ke dunia. Akan tetapi, yang terjadi sebenarnya adalah Licia sama sekali tidak antusias. Menjadi pacar seorang Asta tidak semenyenangkan itu, guys. Kalau bisa, Licia lebih memilih untuk tidak ikut hadir ke acara seperti itu saja.
Dengan gerakan pelan, Licia melirik cowok yang masih berdiri di sampingnya. Terlihat cowok itu menghembuskan nafasnya kasar. Licia menduga pacarnya itu juga tidak tertarik dengan prom. Bsgus bagi Licia karena ia jadi tidak perlu repot-repot berpura-pura memasang wajah bahagia di depan banyak orang nantinya.
Tanpa berbicara apapun, Asta menggandeng tangan Licia. Membiarkan kehebohan terjadi dan memilih untuk segera ke kelas saja.
Usai memastikan Licia sudah duduk aman dan selamat di kelasnya, Asta segera menuju kelasnya. Di perjalanannya menuju kelas, tanpa sengaja Asta bertemu dengan Ilo yang kebetulan baru sampai di sekolah. Teman Asta satu itu langsung bergabung dan berjalan bersama Asta menyusuri koridor. "Ada rokok?" pinta Ilo.
![](https://img.wattpad.com/cover/227788650-288-k119352.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTAIR
Teen Fiction(COMPLETE) Dia adalah seorang pemuda yang mendekati sempurna secara fisik, namun minus secara akal. Dia tampan, tetapi arogan. Dia tinggi, tetapi suka semaunya sendiri. Dia memiliki tubuh yang wangi, tetapi egonya tak tertandingi. Dia berasal dari k...