LIV

1.2K 62 15
                                    

Di hadapan Lanang, Ilo, Oscar dan Rich saat ini, Kaia sedang disidang. Keempat teman Asta itu menemukan jalan buntu ketika bertanya pada Asta apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Kaia, kenapa tiba-tiba Asta berkata sedingin itu pada Kaia. Untuk itu, mereka memutuskan untuk bertanya pada Kaia saja.

Kaia menghela nafasnya pelan. Hari ini memasuki hari kedua sejak peristiwa tidak diinginkan itu terjadi. Bukannya Kaia tidak ingin menjelaskannya pada Asta tentang apa yang sebenarnya terjadi selama ini, hanya saja setelah Asta mengatakan kalau Asta tidak butuh dirinya lagi, Kaia merasa down.

"Oi! Mo sampe kapan lo diem?" tegur Rich yang sudah tidak sabar.

Sepertinya memang Kaia harus menjelaskannya pada teman-teman Asta ini. Masih beruntung mereka tidak langsung ikut marah pada dirinya seperti Asta. Masih beruntung mereka masih mau bertanya baik-baik padanya. "Ya, jadi..." Kaia pun menceritakan apa yang terjadi waktu itu—dengan meng-skip bagian pernyataan perasaan Asta yang batal terjadi—tentang bagaimana Asta datang ke rumahnya, kemudian disusul oleh Alta. Dari situ, terkuaklah bahwa selama ini Kaia sudah mengetahui fakta jika Asta memiliki seorang adik bernama Alta.

"Jadi selama ini lo berteman sama Alta? Jadi selama ini lo udah tau soal kakak beradik itu, tapi pura-pura nggak tau? Ck, ck. Keren, lo keren, gue akuin lo keren!" Rich bertepuk tangan. Bukan karena riang gembira, hanya saja terlalu kaget dengan cerita Kaia.

Berbeda dengan Rich yang heboh, Lanang malah bertanya lirih pada Kaia, "Kenapa lo pura-pura nggak tau?"

"Permintaan Alta."

Rich kembali bertepuk tangan. "Hebat! Hebat! Lo lebih takut sama adeknya ya, ketimbang sama kakaknya?"

Kaia berdecak. Kondisi mentalnya sedang kurang bagus sejak dua hari yang lalu. Ditambah dengan ucapan Rich membuatnya jadi kesal. "Terus menurut lo gue mesti gimana? Apa setelah gue tau kalo Alta adeknya Asta, gue kudu bilang ke Asta, 'eh, Ta, gue temenan nih sama adek lo, mau ketemu nggak?', gitu?"

"Sabar, Kai. Sabar. Kita nggak ada maksud lagi nyalahin lo." Oscar menenangkan gadis itu dengan menepuk-nepuk bahunya.

Sayangnya tidak semudah itu Oscar bisa membuat Kaia kembali tenang, "Kalian sendiri gimana? Kalian juga udah tau soal ini dari lama kan? Terus apa tindakan kalian? Kalian juga diem seolah-olah nggak tau kan? Bedanya, Asta tau kalian tau. Sementara Asta nggak tau kalo gue tau." Kaia menatap keempat cowok itu secara bergantian, satu per satu.

Rich langsung kicep. Ucapan Kaia terlalu benar. Bahkan Lanang, Ilo dan Oscar juga sama-sama terdiam. Belum tau harus berbicara apa di depan Kaia.

Kaia menghela nafas panjangnya begitu melihat keempat cowok itu diam. Karena kesal, ia jadi mengatakan hal-hal ngawur yang bukannya membuatnya lega, malah membuatnya menyesal. "Sori." Kaia segera beranjak dari duduknya. Kaia hanya sedang ingin sendiri saja saat ini. Menetralkan perasaannya.

*

Sama halnya Kaia yang masih belum bisa melupakan peristiwa dua hari lalu, Asta juga demikian. Bagaimana Asta lupa hari itu jika hari itu hatinya kembali digores? Kembali merasakan sakit setelah sembuh belum lama dari rasa sakit sebelumnya?

Asta bukan cowok yang gemar bermain-main dengan perempuan. Kalau pun ada perempuan yang sedang ia dekati, ia akan benar-benar menjadikan perempuan itu spesial. Ia akan benar-benar menjaga serta melindungi perempuan itu. Ia akan menyukai bahkan mencintainya dengan sepenuh hati dengan harapan dirinya tidak akan ditinggalkan.

Tetapi.. kenapa setiap perempuan yang ia anggap spesial dan berharga selalu menorehkan luka padanya? Licia yang menghianati cintanya, lalu pergi meninggalkannya dengan kata-katanya yang menyakitkan. Lalu Kaia yang bahkan belum menjadi kekasihnya, tetapi sudah sukses menyakitinya dengan berpura-pura baik dan peduli padanya karena sudah mengetahui tentang siapa dirinya. Kaia sebaik itu bukan karena diri Asta sendiri, Kaia melakukannya karena Alta! Entah bagaimana kedua orang itu berkomunikasi, yang jelas Asta tau kalau Kaia dan adiknya itu bersekongkol. Dan Asta membenci itu! Tindakan itulah yang membuat Asta merasa ditipu dan dibodohi yang kemudian melahirkan rasa kecewa dan rasa sakit luar biasa.

ALASTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang