XXXIII

1.6K 75 11
                                    

"Asta!" Lanang segera menghampiri Asta, berusaha menarik tubuh Asta agar menjauh dari Licia.

Kaia yang sejauh ini hanya menjadi penonton, kali ini tidak bisa tinggal diam. Asta benar-benar berbahaya. Asta benar-benar akan membunuh Licia sesuai permintaan Licia. Dengan kecepatan yang hampir menyamai kecepatan Lanang, Kaia segera menghampiri Licia. Dan dengan tenaganya yang tidak seberapa, ia berusaha melepas cekikan tangan Asta di leher Licia. "Lepasin Cia, Ta! Cia bisa bener-bener mati karena tindakan lo!"

"Itu yang dia mau!" seru Asta mempertahankan tenaganya dari Lanang maupun Kaia.

"Lo mau dicap kriminal karena ngebunuh anak orang?!"

"Gue nggak peduli!"

"Penjara udah penuh, Ta!"

Asta tidak bergeming sama sekali, masih mencekik leher Licia sampai bola mata Licia sudah naik ke atas.

Herannya, di saat seperti ini Lanang juga terlihat kesusahan menangani Asta secara fisik. Kalau menurut Lanang, Asta sudah seperti kerasukan setan. Kekuatannya jadi lebih kuat dari biasanya.

Kaia menggeleng-gelengkan kepalanya ngeri. Kaia panik bukan main melihat kondisi Licia yang sudah mulai kesusahan bernafas. Karena sudah frustasi tidak bisa menghentikan tindakan Asta dengan kata-kata, Kaia nekat menggigit tangan yang Asta gunakan untuk mencekik leher Licia.

Cekikan di leher Licia terlepas karena serangan kejutan dari Kaia. Sekaligus menyebabkan Kaia jatuh terduduk karena cowok itu mencoba melepas gigitan Kaia dengan menghempaskan tangannya kencang. Perhatian cowok itu langsung tertuju padanya.

Kaia menggigit bibir bawahnya. Ngeri. Mendadak tubuhnya gemetaran hebat.

Sial! Sial! Sial! Demi Licia, lo mau ngebahayain nyawa lo sendiri, Kai? Hebat, Kai! Hebaaaaaat!

Cowok itu tampaknya mulai melupakan Licia yang kini sudah terbebas dan terbatuk-batuk sambil memegangi lehernya dengan lemas.Tubuh gadis itu meluruh, tak punya tenaga lagi.

"Nang, lo nggak ada niatan mau nolongin gue apa?" terlepas dari Licia yang sekarang sudah aman, sekarang kondisi Kaia yang justru mengkhawatirkan.

Lanang tidak tinggal diam. Ketika ia melihat Asta makin dekat dengan Kaia, Lanang segera menarik pundak Asta agar menjauh. Namun Asta dengan kasar, menggerakan pundaknya agar tangan Lanang yang menempel padanya terlepas.

Kaia makin ciut. Satu-satunya usaha yang bisa ia lakukan adalah mengesot ke belakang, menciptakan jarak sejauh mungkin dari Asta yang masih berusaha mendekatinya.

Bruk!

Licia ambruk, jatuh pingsan di tempat. Lanang kembali menoleh ke belakang untuk memastikan gadis itu. Dan benar, gadis itu sudah tergeletak tak berdaya di lantai.

Sedangkan Kaia hanya melebarkan matanya dari balik tubuh Asta selagi gerakan Asta terhenti. Kaia yang bisa membaca situasi dengan cukup baik, segera memanfaatkan moment itu untuk kabur dari Asta. Kaia segera menghampiri Licia yang memejamkan matanya.

Tidak seperti Asta yang biasanya akan menjadi orang yang paling khawatir nomor satu jika terjadi hal-hal pada Licia, kali ini baik Lanang maupun Kaia melihat diri Asta sangat berbeda. Asta tak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Memunggungi ketiga orang di belakangnya.

"Bawa cewek itu pergi." itulah yang kemudian terdengar di telinga Lanang dan Kaia. Suara yang sangat dingin.

"N-Nang, ayo buruan!" Lagi-lagi Kaia segera memanfaatkan moment ini untuk kabur dari rumah Asta. Dengan cepat, Kaia mencoba mengangkat tubuh Licia walau jelas dia takkan mampu. "Aduh, pinggang gue langsung encok."

ALASTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang