"Anak anda seperti biasa, selalu bersemangat ya?" seorang fisioterapis berkomentar tentang Kaia yang dengan semangat melambai-lambaikan tangannya di balik kaca pada seorang pria paruh baya yang sedang melakukan fisioterapi.
"Saya juga heran. Sepertinya dia kelebihan hormon semangat."
Fisioterapis yang kira-kira usianya awal 30 tahunan itu lantas tersenyum sebelum menyuruh pasiennya untuk berbaring.
"Semangat, Pa! Papa pasti bisa!" meski tau pria paruh baya itu tidak akan mungkin bisa mendengarnya, Kaia tetap mengatakannya dengan lantang.
"Bodoh! Mana denger lah!" Celetuk seseorang mengomentari Kaia yang baru saja memberi semangat pada Kalandra, papanya.
Kaia segera menoleh. Tak jauh di sampingnya duduk seorang cowok seorang diri. Di tangannya terdapat tablet. Mata cowok itu tertuju pada tablet meski baru saja mengomentari Kaia.
"Gue?" Kaia menunjuk dirinya sendiri.
"Emang ada orang lain?" lagi-lagi cowok itu mengeluarkan kata-kata dari mulutnya tanpa menoleh dari tablet.
Diperhatikannya sosok cowok itu dengan sorot menyelidik. Bisa Kaia lihat badge sekolah yang tertempel di lengan kanan kemeja cowok itu. Salah satu sekolah elit di Jakarta. "Yaelah, masih bocah ternyata." Yang tadinya mau kesal, jadi batal begitu Kaia tau kalau cowok itu hanyalah seorang siswa SMP.
"Hah?!" barulah cowok itu menoleh, memperlihatkan wajah tidak sukanya pada Kaia karena tidak terima dikata masih bocah.
"Udah, lo belajar aja yang bener ya, Dek."
"Lo pikir lo sendiri bukan bocah dengan badan cebol kayak gitu?" balas cowok itu makin tidak terima dipanggil 'dek'.
Kaia melebarkan kedua matanya. Selama hampir 17 tahun hidupnya, hanya teman-teman di sekolahnya saja yang memanggilnya cebol. Ini kenapa tau-tau ada bocah SMP sekurang ajar itu memanggilnya cebol? "Masih gue pantau." Gumam Kaia mencoba untuk bersabar.
Anak cowok itu melesat dengan cepat. Kaia sampai kaget karena tidak menyangka anak cowok itu akan menghampirinya, tepat di depan tubuhnya.
"Cuma sehidung gue."
Kurang ajar! Rupanya cowok itu menghampiri dan berdiri di depan Kaia hanya ingin mengukur tinggi badan Kaia saja yang hanya setinggi hidungnya.
"Jangan keluyuran sendirian, anak kecil. Ntar diculik loh." Balas cowok itu pada Kaia dengan senyum menyebalkan.
Kaia geram bukan main. Ia memang sudah biasa diejek anak kecil, tapi yang biasa mengejeknya adalah teman-temannya yang sebaya atau yang sudah kenal akrab. Tapi rasanya diejek oleh anak yang jelas-jelas lebih kecil darinya dan tidak jelas asal-usulnya, rasanya lebih menjengkelkan. "Lo—"
"Kaia!" panggilan Kalandra membuat ucapan Kaia terhenti. Kaia segera menoleh pada Kalandra.
"Udah selese?" tanya Kaia langsung meninggalkan cowok itu begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTAIR
Teen Fiction(COMPLETE) Dia adalah seorang pemuda yang mendekati sempurna secara fisik, namun minus secara akal. Dia tampan, tetapi arogan. Dia tinggi, tetapi suka semaunya sendiri. Dia memiliki tubuh yang wangi, tetapi egonya tak tertandingi. Dia berasal dari k...