Sekeluarnya dari ruang BK, keempat teman Asta langsung menyerbunya. Mereka tidak bertanya untuk apa Asta datang ke tempat itu karena mereka sudah tau hari sebelumnya Asta memang dicari-cari guru BK karena terlalu rajin bolos.
"Jadi lo bolos kemana aja kemaren?" tanya Lanang mengawali obrolan kelima remaja tampan tersebut.
Sambil berlajan, Asta menjawab pertanyaan itu, "Rumah sakit."
"Lo habis periksa kejiwaan ya?" celetuk Rich yang langsung disenggol oleh Oscar hingga Rich meringis kesakitan karena yang disenggol adalah rusuknya.
"Ketemu Alta." Jawaban Asta membuat keempat temannya langsung sama-sama menghentikan langkah masing-masing. Sepertinya otak mereka sama-sama memikirkan satu hal yang sama yaitu untuk apa Asta ke rumah sakit menemui adiknya?
"Lo masih nggak puas udah bikin adik lo sendiri masuk rumah sakit?" tanya Ilo sambil berdecak. Cowok imut itu mengejar Asta dan menyamai langkahnya.
Ketika Asta berhenti karena pertanyaan Ilo, Ilo ikut berhenti. Ilo dan yang lain menunggu apa yang akan keluar dari mulut Asta. "Gue minta maaf sama dia." Jawab Asta sambil memperhatikan wajah teman-temannya yang ternganga, satu per satu.
Sebelum salah satu dari keempat temannya ada yang bersuara, ponsel Asta lebih dulu bergetar. Segera Asta ambil benda itu dari saku celana abu-abunya.
Bhaltair : Anu, nanti jadi?
Bibir Asta terangkat sedikit membaca pesan dari sang adik. Asta bisa merasakan bagaimana canggungnya Alta ketika mengetik lalu mengirim pesan itu pada dirinya.
Alastair : Ya.
Setelah Asta mengirim pesan balasan untuk Alta, Asta mengantongi ponselnya lagi ke saku celana. Namun lagi-lagi ponselnya bergetar. Asta mengambilnya lagi.
Bhaltair : Kaia gimana?
Alastair : Pasti mau.
Lanang, Oscar, Ilo dan Rich yang sedari tadi memperhatikan Asta, dibuat heran dengan tingkah Asta. Mereka masih ingat, selama Asta berpacaran dengan Licia dulu, sekalipun Asta tidak pernah tersenyum begini ketika mendapat telepon atau pesan dari Licia. Tetapi ini...
"Lo udah jadian sama si cebol ceritanya?" selidik Rich penuh curiga. Cowok itu menyipitkan matanya, berlagak seperti detektif kacangan.
Asta mengangkat wajahnya, kembali memperhatikan teman-temannya yang kepo. "Alta."
"Heeeeeh?!!!"
*
"Oke, kalian diem, duduk manis dan cukup liat aja." Kata Kaia yakin sambil mengacungkan pisau pada Asta dan Alta.
Sontak Alta merinding melihat Kaia seperti itu.
Sesuai permintaan Asta, petang ini Kaia pergi ke rumah Asta bersama Alta untuk membuatkan kedua kakak beradik itu makan malam. Asta ingin Alta merasakan makanan yang dibuat Kaia, yang menurutnya enak.
Tanpa pikir panjang, Kaia langsung mengiyakan permintaan Asta. Menurut Kaia, ini adalah langkah yang bagus untuk mendekatkan kembali kedua kakak beradik yang telah lama terpisah.
"Kaia beneran bisa masak?" tanya Alta sambil melirik Asta. Ia tampak ragu dan tidak mempercayai bahwa remaja cewek jaman sekarang bisa masak. Soalnya itu amat jarang ditemui.
"Liat aja." Jawab Asta sambil tersenyum. Ia hanya membalas lirikan Alta sejenak, sebelum kembali memperhatikan Kaia dengan seksama dan tanpa kedip, dengan menopang dagunya menggunakan tangan.
Diam-diam Alta memperhatikan bagaimana kakaknya memperhatikan Kaia. Meskipun tidak pernah mendengar sendiri secara langsung tentang perasaan Asta terhadap Kaia, tampaknya Alta sudah tau. Kakaknya terlihat begitu menyukai gadis yang tengah sibuk di depan kompor itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTAIR
Подростковая литература(COMPLETE) Dia adalah seorang pemuda yang mendekati sempurna secara fisik, namun minus secara akal. Dia tampan, tetapi arogan. Dia tinggi, tetapi suka semaunya sendiri. Dia memiliki tubuh yang wangi, tetapi egonya tak tertandingi. Dia berasal dari k...