XLIX

1.2K 61 5
                                    

"Lo adiknya Asta?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo adiknya Asta?"

Alta terdiam. Tidak siap dengan pertanyaan Kaia yang terlalu mendadak.

Dihembuskannya nafas dalam-dalam oleh Kaia. Jarinya yang lentik, ia ketuk-ketukkan di atas setir mobilnya. Menunggu anak SMP itu menjawab pertanyaannya.

"Kenapa lo berpikiran kalo gue adiknya Asta?" Alta memberanikan diri untuk buka suara.

"Pertama, lo kepo banget soal Asta. Kedua, baik lo maupun Asta sama-sama punya papa seorang dokter. Ketiga, gue pernah liat selembar foto keluarga pas gue ke perpustakaan di rumah Asta."

Lagi-lagi Alta terdiam.

Sambil memperbaiki posisi duduknya, Kaia memutar tubuhnya sedikit hingga nyaris menghadap Alta yang tidak berani menatapnya. "Ada empat orang di foto itu. Seorang wanita yang siapapun pasti bisa langsung nebak dia adalah mamanya. Lalu seorang pria dewasa yang pastinya papanya. Dan dua anak laki-laki yang salah satunya gue langsung bisa nebak itu adalah Asta. Terus anak laki-laki yang lebih kecil... itu elo."

Tanpa sadar Alta menggigit bibir bawahnya.

"Awalnya gue nggak ngeh. Yang pertama gue ngeh justru papa lo, dokter Utair. Secara papa lo itu kan bukan orang biasa, famous udah dari lama. Kebetulan gue ngenalin wajahnya. Dari situlah, akhirnya muncul asumsi gue bahwa anak laki-laki yang lebih kecil itu lo. Dan yah, pas gue perhatiin bener-bener, gue rasa itu emang lo. Alta."

Alta menghembuskan nafasnya dengan pelan. "Gue nggak nyangka bakal secepet ini lo tau. Padahal gue berharap, bisa ngasih tau lo sendiri suatu hari nanti."

"Jadi bener?" Kaia menuntut konfirmasi dari Alta.

Barulah Alta berani mengangkat wajahnya, menatap wajah Kaia yang menatapnya sedari tadi, "Iya. Gue adik kandung Kak Asta. Bhaltair Rowan Kannon."

Giliran Kaia yang terdiam. Padahal Kaia sudah tau, tetapi mendengar pengakuan dari mulut Alta sendiri kedengarannya sulit untuk dipercaya. Anak menyebalkan sekaligus anak kesepian ini adalah adik dari Asta? Asta si diktator yang jauh lebih menyebalkan dari Alta?

"Tapi Kak Asta udah nggak anggep gue sebagai adiknya lagi." lanjut Alta dengan wajah sendunya.

Alis Kaia langsung mengerut seketika.

"Sejak mama pergi, Kak Asta juga pergi." hidung anak SMP itu mulai memerah, terlihat kembang kempis. Suaranya juga sudah bergetar.

Kaia yakin, saat ini Alta benar-benar sedih. Mungkin ceritanya tentang Asta dan juga mamanya atau mungkin juga tentang keluarganya adalah hal yang meninggalkan luka dalam di hidupnya. Sampai-sampai anak seperti Alta menangis.

"Lo nggak harus ceritain ke gue sekarang, Ta." Kaia tidak mau memaksa Alta lebih lanjut setelah tadi sempat mendesak Alta untuk membuat pengakuan tentang dirinya. Rasanya terlalu egois kalau Kaia terus menuntut Alta untuk bercerita lebih jauh. Perasaan Alta kali ini yang lebih penting.

ALASTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang