Lapar, tetapi tidak ada yang bisa langsung dimakan. Mau dibuatkan makanan, tetapi tidak ada bahan yang bisa dimasak. Mau tidak mau, Kaia harus belanja lebih dulu. Berhubung ini permintaan Asta, jadilah Asta ikut berbelanja bahan masak bersama Kaia. Menggunakan mobil Asta, tetapi yang menyetir adalah Kaia.
Atas dasar pengalaman Kaia, mereka memutuskan untuk berbelanja di salah satu swalayan besar di Jakarta. Kata Kaia, harga sayur maupun bahan masak lainnya di sana lebih murah dibandingkan dengan tempat lain. Asta yang tidak tahu menahu apapun soal masak memasak, hanya bisa menurut patuh. Untuk pertama kalinya, Kaia merasa berada di atas Asta.
Kaia segera melesat, mengambil troli belanja sebelum lebih dalam menjelajahi swalayan yang hari Minggu ini terlihat sangat ramai. "Lo ngapain ikutan ngambil?" tanya Kaia heran melihat Asta yang juga siap mengambil troli belanja dari tempat yang sama.
"Emang cuma 1 troli cukup?" tanya Asta polos.
"Alastair, ini tuh cuma buat makan biasa. Bukan buat hajatan. Atau emang lo mau nyetok di rumah buat lo masak sendiri?" Omel Kaia.
Masih dengan polosnya, Asta menggelengkan kepalanya. Mana bisa Asta masak sendiri? Masak air saja gosong!
Kaia berdecak. Tanpa babibu, Kaia segera mendorong trolinya. Mulai berjelajah di swalayan itu diikuti oleh Asta. Tujuan pertama Kaia langsung ke deret bumbu-bumbu dapur. Dengan cermat dan teliti, Kaia memilih bumbu-bumbu itu sebelum memasukkannya ke dalam troli. Yang ia beli cukup banyak. Ada garam, gula, merica, dan bumbu-bumbu dapur lainnya.
Di belakang Kaia, Asta hanya terdiam melihat bagaimana Kaia yang ternyata bisa diandalkan untuk hal-hal seperti itu.
"Ta, daripada lo nganggur, tolong ambilin itu dong." Kaia menyuruh cowok itu untuk mengambil kecap asin yang letaknya di atas. Dengan tinggi badan Kaia yang tidak seberapa, pastinya Kaia kesusahan untuk mengambilnya.
Tanpa menolak sama sekali, Asta segera menuruti perintah Kaia.
"Butuhnya cuma 1, ngapain beli banyak-banyak?" lagi-lagi Kaia mengomel karena Asta mengambil 3 botol sekaligus.
"Yang jelas kalo ngomong!" seru Asta kesal sambil mengembalikan 2 botol itu ke tempat tadi dia mengambil.
"Cebol, beliin gue minum! Cepet!" Sindir Kaia menirukan gaya bicara Asta jika sedang menyuruhnya membeli minum.
"Apa?" sentak Asta tersinggung.
Kaia hanya mencibir tanpa suara sambil memutar bola matanya sehingga membuat Asta kesal dan memilih untuk segera pergi dari hadapan Kaia sambil mendorong trolinya.
"Bentar, disini belum selese!" kejar Kaia.
Penjelajahan meraka di swalayan masih terus berlanjut. Kaia menyesali keputusannya untuk mengajak cowok ini belanja. Sebab, cowok itu hanya membuatnya mengomel sepanjang belanja. Asta suka sekali memasuk-masukkan belanjaan yang tidak penting ke dalam troli, yang kemudian harus Kaia kembalikan lagi ke tempatnya. Ketika membeli sayuran, Asta juga dengan asal mengambil segala jenis sayuran yang menurutnya menarik secara wujud. Kaia pikir, ulah Asta hanya berakhir di situ saja. Ternyata tidak! Setelah selesai membeli semua yang dibutuhkan termasuk buah-buahan dan cumi-cumi, Asta masih ingin membeli sesuatu. Tebak apa? Ya, segala macam snack ringan, coklat dan biskuit. Karenanya, troli belanja yang semula longgar, jadi penuh karena jajanan Asta.
"Lo suka ngemil?" tanya Kaia heran.
"Nggak."
"Terus ngapain beli jajan sebanyak ini?"
"Rewel banget sih dari? Kalo begini cara lo, nggak bakal ada cowok yang mau pergi ke tempat begini sama lo!" seru Asta kesal.
"Lo apa?" Ujar Kaia santai sambil menunjuk Asta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTAIR
Teen Fiction(COMPLETE) Dia adalah seorang pemuda yang mendekati sempurna secara fisik, namun minus secara akal. Dia tampan, tetapi arogan. Dia tinggi, tetapi suka semaunya sendiri. Dia memiliki tubuh yang wangi, tetapi egonya tak tertandingi. Dia berasal dari k...