"Kai, lo udah ada pasangan prom night?" tanya Faolan mendatangi tempat duduk Kaia dan Rion yang satu bangku. Prom night semakin dekat. Semakin banyak orang yang membicarakannya. Beberapa bahkan mulai sibuk mencari pasangan satu malam.
Kaia yang sedang membaca buku itu hanya menggeleng.
"Sama gue yuk?" ajak cowok itu sambil menaikkan kedua alisnya.
"Niatnya gue nggak dateng, Lan." Ujar Kaia sambil mengalihkan matanya dari buku yang ia baca. Hal itu membuat Rion kelepasan tawa yang membuat Faolan meliriknya. Rion hanya bilang sori secara singkat.
Faolan segera bertanya, "Kenapa? Ini pertama dan terakhir kali buat angkatan kita buat ikut acara itu."
"Males, Lan. Apalagi acaranya malem-malem gitu kan? Ya mending tidur gue mah."
"Lo nggak pengen bikin pengalaman yang berkesan di SMA emangnya?"
"Tanpa prom, pengalaman SMA gue udah berkesan kok."
"Oi, Lan! Ngebucin terus! Cepetan, udah ditungguin Ben!" Teman Faolan, Ian berteriak dari luar kelas 12 IPA 4, memanggil temannya untuk segera berkumpul bersama Ben.
Faolan berdecak sebal. Di saat ia masih ingin bersama Kaia lebih lama lagi, kenapa malah ada yang mengacau sih? Dengan terpaksa Faolan menuruti ucapan Ian. Tapi sebelumnya, cowok itu sekali lagi meyakinkan Kaia, "Pikirin dulu, Kai. Kalo lo berubah pikiran, datengnya sama gue ya?"
"Wah, makin keliatan tuh anak ada rasa sama lo, Kai. Cieeee, udah lah, terima aja. Gue kasian liat lo jomblo terus sejak masuk kelas 10 sampe sekarang." Goda Rion begitu Faolan pergi.
Kaia tidak bereaksi apapun. Tidak malu, tidak kepedean, tidak juga mengelak. Malah cewek itu berkata hal yang tidak terduga, "Udah dua cowok yang ngajakin gue ke prom, Ri. Yang kedua ya Olan tadi, yang pertama si Ruben."
"Heh? Ruben kapten basket yang baru? Adik kelas yang katanya jadi rebutan itu?" Kaia mengangguk. "Jadi dia beneran suka sama lo?"
Kaia yang tidak mau ambil pusing hanya mengedikkan bahunya enteng. Kemudian ia berdiri sambil mengangkat kedua tangannya ke atas, seperti pemanasan olah raga untuk sesaat. "Gue mau lanjut baca di perpus aja biar kusyuk, lo ikut nggak?"
*
"Lo serius naksir sama si cebol?" Ben menaikkan satu alisnya menatap Faolan yang sibuk menikmati makan siangnya.
"Pake lo tanya, Ben. Jelas iya lah! IG cewek yang dia follback cuma punya Kaia doang. Padahal yang follow bejibun, tapi dicuekin. Nama kontaknya Kaia juga dipakein emoticon matahari, ngegambarin betapa bersinarnya si cebol itu di kehidupan seorang Faolan Jayden Azmaer. Dasar bucin tingkat lurah!" sahut Ian.
Faolan mengangkat wajahnya, menatap satu-satu temannya, "Kenapa emangnya?"
"Dia bocah. Pacaran sama dia ntar lo dikira pedofil." Ben terkekeh, diikuti Ian.
"Itu juga kalo pacaran, Ben. Kalo nggak?" timpal Ian membuat tawa mereka makin renyah.
"Paling nggak gue ngejar cewek yang statusnya free and available, nggak kayak lo yang ngejar-ngejar cewek taken yang jelas-jelas nggak mau sama lo." Kata Faolan sabar menghadapi rundungan teman-temannya.
"Kata siapa, hm?" Ben tersenyum penuh arti membuat Faolan dan Ian tidak mengerti.
*
Tanpa disangka, di perpustakaan yang seringnya sepi pengunjung ini Kaia yang datang sendiri—Rion menolak karena mau makan bersama Oscar—bertemu dengan Ilo yang juga sendirian di perpustakaan. "Tumben ketemu disini?" tegur cowok itu lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTAIR
Teen Fiction(COMPLETE) Dia adalah seorang pemuda yang mendekati sempurna secara fisik, namun minus secara akal. Dia tampan, tetapi arogan. Dia tinggi, tetapi suka semaunya sendiri. Dia memiliki tubuh yang wangi, tetapi egonya tak tertandingi. Dia berasal dari k...